Rachmawati bersanding dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Amien Rais. Seperti upacara kemerdekaan di tempat lain, ketenangan sangat terasa dalam upacara di Universitas Bung Karno.
Ketenangan itu kian terasa saat panitia upacara memutar rekaman suara Presiden pertama RI, Sukarno ketika membacakan teks proklamasi kemerdekaan.
Namun, ketika suara Sukarno menggema, Rachmawati kembali duduk. Dia tampak menangis sambil sesekali menyeka air matanya dengan selembar kain putih.
Tangis Rachmawati baru berhentu tak lama setelah suara Sukarno selesai diputar. Setelah itu i kembali berdiri saat bendara merah putih dibawa paskibra ke tiang bendera.
Berbeda dengan putra dan putri Bung Karno yang lain, Rachmawati selama ini dikenal sebagai sosok yang kritis terhadap pemerintahan Joko Widodo.
Pertanyakan Keadilan
Dalam upacara kemerdekaan hari ini, Rachmawati sempat mendapat kesempatan berpidato.
Rachmawati memulainya dengan mengingatkan kemerdekaan sebagai sesuatu yang tidak diraih gratis, melainkan lewat perjuangan panjang dan keras.
Ia kemudian merefleksikan hasil kemerdekaan selama 72 tahun. Pertanyaan dan kritik dilontarkan Rachmawati. Salah satunya mengenai kemakmuran dan keadilan yang belum dirasakan rakyat kebanyakan.
"Sebagai bangsa yang berdulat kita harus lakukan otokritik terhadap apa yang kita lakukan. Kita sekarang mengalami disorientasi, kehilangan tujuan yang sejatinya. Kehilangan patriotisme, nasionalisme dan kita merasakan di segala sektor ketikdakadilan," katanya.
"Di politik saya liat ada politik pecah belah di bangsa sendiri, kita seperti diporak-porandakan bahkan dikelompokkan. Dulu ada nama Orde Baru, Orde Lama, Reformasi, padahal kita satu negara. Ini tak boleh diteruskan," Rachmawati menambahkan. </span> (wis)
Baca Kelanjutan Tangis dan Kritik Rachmawati di Hari Kemerdekaan : http://ift.tt/2uS0NaHBagikan Berita Ini
0 Response to "Tangis dan Kritik Rachmawati di Hari Kemerdekaan"
Post a Comment