Awalnya, Tiominar tampak sudah mengikhlaskan atas wafatnya sang cucu yang baru berusia empat bulan tersebut. Namun, mimik muka dan nada suaranya terdengar geram ketika menceritakan rumah sakit Mitra Keluarga Kalideres, Tangerang.
Debora wafat di rumah sakit itu pada 3 September 2017 akibat telat mendapatkan perawatan intensif. Alasannya, pihak RS menanti pembayaran uang muka sebelum sang bayi masuk ke ruang PICU (Pediatric Intensive Care Unit).
Tiominar mengaku kecewa atas kejadian yang menimpa cucunya tersebut. Nenek berusia 69 itu berkisah saat diminta uang muka perawatan, anak dan menantunya menjanjikan kepada rumah sakit bakal melunasi setelah pukul 12.00 WIB. Untuk itu, keduanya meminta agar bayinya segera mendapatkan perawatan intensif dulu, sementara mereka mencari pinjaman dari saudara."Mantu saya sudah telepon keluarga, tapi karena semua sedang ke gereja enggak ada yang angkat. [Mereka harus] tunggu jam 12.00 sudah pada pulang, tapi pihak rumah sakit bilang enggak boleh," kata Tiominar yang ditemui di kediamannya, Tangerang, Senin (11/9).
Dengan geram Tiominar mengungkapkan kekecewaan pada rumah sakit karena tak mau memberikan toleransi waktu kepada orang tua Debora. Padahal, sambungnya, seharusnya rumah sakit merawat dulu sambil menunggu pelunasan biaya.
"Tolong dulu cucu (saya), kalau pun meninggal kita pasrah. Tenang pikiran kita, yang penting ada tindakan. Kita enggak marah, enggak dendam. Anak saya juga enggak dendam," ujarnya.
|
Saat datang ke rumah sakit, tutur Tiominar, kedua orang tua Debora memang sangat tergesa-gesa dalam kondisi panik. Mereka pun hanya pergi menggunakan baju tidur seadanya, bahkan tanpa memakai alas kaki.
"(Mereka) cuma pakai baju tidur. Pikir orang itu [rumah sakit] ku rasa, 'perasaan saya nanti enggak mampu bayar'," ucap Tiominar.
"Pikiran saya jadi kotor, apa orang itu enggak punya anak, enggak punya cucu, nanti gimana kalau sama dia begitu kejadian, begitu pikiran saya," imbuhnya.
Sementara paman Debora, Indra Silalahi menyatakan kedua orang tua Debora telah menjanjikan melunasi biaya rumah sakit segera setelah mendapat pinjaman dana.Apalagi, lanjutnya kedua orang tua Debora memiliki pekerjaan sehingga penulasan biaya pasti bisa dilakukan.
Ayah Debora, Rudianto Simanjorang, memiliki usaha depot isi ulang air minum. Sementara, istrinya, Henny Silalahi bekerja di sebuah perusahaan.
Sebagai paman, Indra mengaku memang tak tahu pasti tentang kondisi Debora. Ia hanya tahu dari Rudianto dan Henny tentang kondisi kesehatan bayi yang lahir prematur, saat usia kandungan baru delapan bulan.
"Setahu saya, dikasih tahu kalau batuk, pilek, lendir aja, lainnya enggak ada," ucap Indra.
Iktikad Baik Rumah SakitIndra mengaku tidak mengetahui secara pasti apakah pihak Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres sempat datang ke rumah atau tidak sebagai bentuk iktikad baik dari pihak rumah sakit.
"Saya belum lihat wajah mereka [pihak RS]. Saya kurang tahu pasti, orang tuanya yang lebih tahu," katanya.
Sementara ini, katanya, yang telah datang ke keluarga Debora setelah insiden itu menyebar adalah dari pihak Kecamatan Benda dan Karang Taruna Benda. Mereka datang ke rumah untuk memberikan bantuan.
Selain itu, lanjutnya Wali kota Tangerang Arief Rachadiono juga sempat datang untuk menyampaikan bela sungkawa atas meninggalnya bayi Debora.
Dalam laman resminya, RS Mitra Keluarga Kalideres memberi klarifikasinya, bahwa orang tua Debora keberatan dengan biaya uang muka ICU sebesar Rp19,8 juta. Rumah sakit juga sudah berupaya membantu mencari rumah sakit yang punya fasilitas untuk peserta BPJS.
Di saat dokter RS Mitra Keluarga sedang berkoordinasi dengan dokter di rumah sakit rujukan yang rekanan BPJS, perawat mengabarkan kalau kondisi Debora tiba-tiba memburuk. Setelah melakukan resusitasi jantung paru selama 20 menit, nyawa bayi Debora tidak dapat ditolong. </span> (kid/djm)
Baca Kelanjutan Kekecewaan Keluarga Bayi Debora pada RS Mitra Keluarga : http://ift.tt/2xheG6bBagikan Berita Ini
0 Response to "Kekecewaan Keluarga Bayi Debora pada RS Mitra Keluarga"
Post a Comment