
Ke-65 kantong jenazah ini pun telah dibawa oleh Tim DVI Polri ke Rumah Sakit Kramat Jati Jakarta untuk diidentifikasi lebih lanjut.
Pada jumpa pers di dermaga JICT 2 Tanjung Priok Jakarta, Kamis malam, dia mengatakan penggunaan teknologi Remote Operating Vehicle (ROV) memudahkan proses pencarian serpihan pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh di Perairan Karawang beberapa waktu lalu.
“Kami turunkan ROV ke dasar laut sedalam 40 sampai 50 meter untuk melihat sekitar dan di situ ternyata ditemukan banyak korban dengan sebaran cukup luas,” kata Syaugi.
Selain korban, serpihan yang terpantau oleh ROV di antaranya landing gear pesawat, dan beberapa pinggiran badan pesawat.
Beberapa temuan ini terpantau berada di bawah kapal yang digunakan oleh tim sehingga tim menelusuri empat bagian penyisiran.
“Setelah ROV menemukan titiknya, ditandai, lalu turun penyelam. Penyelam banyak, ada yang dari Basarnas, TNI, Polri, Bakamla, dan relawan yang kami bagi ke empat sektor pencarian. Kami susur bagian kanan, kiri, dan depan kapal,” kata dia.
Namun karena jarak pandang di dalam air yang hanya tiga meter saja, pencarian pun dihentikan ketika waktu memasuki malam hari.
Kendati demikian, pemantauan dengan ROV tetap dilakukan sampai saat ini.
“Saya mengapresiasi para penyelam yang hebat-hebat. Kita tetap sinergi semua pihak. Banyak sekali yang terlibat termasuk masyarakat dan nelayan. Mudah-mudahan besok diteruskan dan cuaca tetap baik,” kata dia.
Baca juga: Tim optimistis CVR ditemukan pada Jumat
Baca juga: Belum ada tambahan jenazah korban teridentifikasi
Baca juga: DVI mengandalkan pencocokan DNA untuk mengidentifikasi korban Lion Air
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Sri Muryono
COPYRIGHT © ANTARA 2018
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Basarnas telah mengumpulkan 65 kantong jenazah"
Post a Comment