Hal itu disampaikan Gubernur BI Perry Warjiyo dalam pembukaan Festival Ekonomi Syariah Indonesia atau "Indonesia Syariah Economic Festival" (ISEF) 2018 di Surabaya, Jawa Timur, Selasa.
Ia mengatakan syariah perlu menjadi arus utama perekonomian mengingat Indonesia memiliki populasi muslim yang begitu banyak. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim, semestinya Indonesia menjadi produsen utama komoditas halal dan memiliki kontribusi aset keuangan syariah yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
"Kami akan terus mengkampanyekan bahwa ekonomi keuangan syariah adalah salah satu arus baru pengembangan ekonomi dan keuangan di Indonesia menuju kemandirian ekonomi Indonesia," kata Perry.
Hadir dalam pembukaan ISEF yakni Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan Halim Alamsyah dan Gubernur Jawa Timur Soekarwo.
Perry mengatakan Indonesia tidak boleh hanya menjadi target pasar dari produk halal negara-negara lain, melainkan harus mampu mencapai swasembada hingga menjadi eksportir utama dunia untuk komoditas halal.
"Kegiatan ISEF adalah salah satu bentuk nyata komitmen kita bersama untuk bagaimana kita mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain, baik yang mayoritas muslim atau bukan muslim," ujarnya.
Pada dasarnya, kata dia, komitmen untuk membesarkan ekonomi syariah sudah dicanangkan sejak tiga tahun lalu dengan lahirnya Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) yang dipimpin langsung oleh Presiden Joko Widodo.
Selain itu, juga telah diluncurkan strategi pengembangan ekonomi syariah yang terdiri atas tiga pilar, yakni pemberdayaan ekonomi syariah, pendalaman pasar keuangan syariah, serta penguatan riset, edukasi ekonomi dan keuangan syariah.
"Sejak awal penyelenggaraan ISEF hingga yang ke-5 ini kita rancang untuk mengakselerasi pengembangan ekonomi syariah," ujarnya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menekankan pentingnya sektor riil dalam mendukung pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Pertumbuhan ekonomi syariah saat ini cukup pesat, bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
"Pembiayaan syariah cepat sekali berkembang tapi kemudain mendekati lima persen dia tiba-tiba agak tersendat. Saya pikir itu adalah suatu indikasi kendalanya bukan di pembiayaan itu sendiri, karena perbankan kita untuk terus membuka dan mengembangkan pembiayaan syariah. Yang jsutru lebih lambat berkembangnya adalah sektor riilnya syariah itus sendiri," ujar dia.
Menurut data yang dikemukakan BI, pangsa pasar keuangan syariah saat ini sebesar delapan persen dari pangsa pasar keuangan nasional. Angka itu meningkat dibanding empat tahun lalu, ketika pasar keuangan syariah terjebak stagnan di lima persen.
Hingga 2023, BI menargetkan pangsa pasar keuangan syariah bisa mencapai 20 persen.
ISEF 2018 meliputi dua kegiatan utama yaitu pertama, Forum Ekonomi Syariah yang membahas pengembangan konsep dan model penerapan kebijakan ekonomi keuangan syariah dan melibatkan pakar keuangan syariah.
Kedua, Sharia Fair yang diarahkan untuk mendukung pencapaian rantai pasokan halal, terutama dalam hal pertanian terintegrasi, industri pengolahan makanan halal, fesyen, energi terbarukan, dan wisata halal.
Baca juga: BI prediksikan pangsa pasar keuangan syariah tembus 20 persen 2023
Baca juga: BI: Indonesia perlu kejar ketertinggalan ekonomi syariah
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2018
Bagikan Berita Ini
0 Response to "BI dan Pemerintah canangkan syariah jadi arus baru ekonomi Indonesia"
Post a Comment