Namun demikian, sanksi-sanksi Amerika Serikat terhadap minyak Venezuela dan pemotongan pasokan minyak mentah yang dipimpin Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) membatasi penurunan lebih lanjut harga minyak.
Minyak mentah berjangka Brent turun 0,20 dolar AS menjadi menetap di 62,32 dolar AS per barel. Brent menyentuh tertingginya dalam lebih dari dua bulan di 63,63 dolar AS pada hari sebelumnya.
Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) melemah 0,90 dolar AS menjadi ditutup pada 53,66 dolar AS per barel.
"Saya pikir pasar minyak sedang mencoba untuk memutuskan apakah pesanan pabrik akan membebani harga atau Venezuela, dan sanksi-sanksi minyak akan mendukung harga. Akibatnya, kami melihat pasar berfluktuasi," kata Presiden Lipow Oil Associates Andrew Lipow di Houston.
Minyak juga sedikit kurang diminati karena para investor merealokasi aset-aset mereka, kata Ahli Strategi Komoditas Senior di RJO Futures Phillip Streible.
"Mereka semua melompat ke pasar ekuitas dan keluar dari beberapa pasar lain yang mungkin terbebani oleh hubungan perdagangan AS-China atau pasar yang dipengaruhi oleh indeks dolar," kata Streible.
Wall Street sedikit lebih tinggi pada Selasa (5/2), sementara dolar juga naik.
Namun, para analis mengatakan sanksi-sanksi AS terhadap Venezuela memusatkan perhatian pasar pada pasokan global yang lebih ketat. Sejumlah tanker saat ini berada di perairan lepas pantai Venezuela, tidak dapat bergerak karena perusahaan minyak milik negara PVDSA menuntut pembayaran, yang akan dikenai sanksi-sanksi AS.
Persediaan minyak mentah berat yang diproduksi di Venezuela langka, karena penyedia lain seperti Meksiko dan Kanada juga menghadapi tantangan produksi dan ekspor.
OPEC dan sekutu-sekutunya, termasuk Rusia, sepakat untuk mengurangi produksi mulai bulan lalu guna mengatasi peningkatan pasokan.
Industri minyak umumnya percaya pembatasan akan membantu menyeimbangkan pasar pada 2019, terutama dengan pertumbuhan pasokan minyak mentah dari Amerika Serikat.
"Anda akan melihat OPEC disiplin dan karena itu harga terlihat cukup kuat di mana mereka berada," kata Kepala Keuangan BP Brian Gilvary kepada Reuters. Ia memperkirakan pertumbuhan permintaan 1,3 juta hingga 1,4 juta barel per hari pada 2019, mirip dengan tahun lalu.
Sebuah survei Reuters menemukan bahwa pasokan dari negara-negara OPEC telah jatuh paling besar dalam dua tahun terakhir, dengan Arab Saudi dan sekutunya di Teluk Arab memberikan lebih banyak pada pemotongan yang dijanjikan, sementara Iran, Libya dan Venezuela mencatat penurunan yang tidak disengaja.
Namun, kekhawatiran tentang laju pertumbuhan ekonomi global tetap ada. Pesanan baru untuk barang-barang buatan AS turun secara tak terduga pada November, dengan penurunan tajam dalam permintaan untuk mesin dan peralatan listrik, menurut data yang dirilis pada Senin (4/2).
Prospek ekonomi global dan prospek pertumbuhan permintaan bahan bakar juga telah dipersuram oleh data ekonomi yang buruk di China serta ketegangan perdagangan AS-China.
Baca juga: Harga emas turun tipis jelang pidato tahunan Trump
Baca juga: Wall Street menguat, saham Boeing melonjak jadi 410,18 dolar
Baca juga: Bursa Inggris menguat tajam, perusahan migas BP melonjak 5,7 persen
Baca juga: Indeks CAC Prancis ditutup naik 83,15, saham Dassault melonjak
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2019
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Harga minyak merosot, kekhawatiran perlambatan ekonomi kembali merebak"
Post a Comment