"Wilayah NTT (Nusa Tenggara Timur) turut berpotensi terkena dampak MJO berupa peningkatan curah hujan," kata Kepala BMKG Stasiun EL Tari, Bambang Santiajid di Kupang, Minggu, terkait dampak MJO.
Kondisi MJO ini menyebabkan masuknya aliran massa udara basah dari Samudera Hindia ke wilayah Indonesia, khususnya di Indonesia bagian Barat dan Tengah, yang membawa dampak meningkatnya potensi curah hujan di wilayah Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, hingga Sulawesi.
MJO merupakan fenomena gelombang atmosfer yang bergerak merambat dari Barat (Samudera Hindia) ke Timur dan dapat meningkatkan potensi curah hujan di daerah yang dilaluinya.
MJO diprakirakan akan bergerak melintas wilayah Indonesia yang dapat bertahan hingga satu minggu ke depan.
Selain MJO, dari analisis pola pergerakan angin, BMKG mendeteksi adanya sirkulasi siklonik di Samudera Hindia Barat Sumatera yang membentuk daerah pertemuan angin cukup konsisten di wilayah Sumatera, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Jawa.
Karena itu, BMKG mengimbau kepada masyarakat agar tetap waspada pada periode awal Maret 2019, khususnya dampak dari potensi curah hujan tinggi yang dapat memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang dan jalan licin.
"Kondisi ini dapat meningkat hingga pertengahan Maret 2019," kata Bambang.
Baca juga: BMKG ingatkan potensi bencana hidrometeorologi di seluruh Indonesia
Baca juga: BMKG sebut perlu ada pemodelan tsunami karena longsor dan erupsi
Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Dewanti Lestari
COPYRIGHT © ANTARA 2019
Bagikan Berita Ini
0 Response to "BMKG identifikasi aktivitas MJO tingkatkan curah hujan"
Post a Comment