...jika perlambatan ekonomi menghadang kami, itu adalah berita buruk bagi harga minyak
New York (ANTARA News) - Harga minyak jatuh sekitar dua persen pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), dan turun sekitar tiga persen pada minggu ini, karena kekhawatiran atas pertumbuhan permintaan global setelah data manufaktur AS lemah, membayangi pengurangan pasokan yang dipimpin OPEC serta sanksi-sanksi terhadap Venezuela dan Iran.Setelah menguat di awal sesi ke level tertinggi tiga bulan, minyak mentah berjangka AS berubah turun tajam, karena kekhawatiran permintaan lesu. Indeks aktivitas manufaktur ISM (Institute for Supply Management) Februari merosot ke level terendah sejak November 2016, dan berada di bawah ekspektasi.
Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April turun 1,42 dolar AS atau 2,5 persen menjadi menetap pada 55,80 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, setelah menyentuh 57,88 dolar AS, tingkat tertinggi sejak pertengahan November tahun lalu.
Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman Mei ditutup 1,24 dolar AS atau 1,9 persen lebih rendah menjadi 65,07 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Meskipun mencapai level tertinggi mereka sejak pertengahan November minggu ini, minyak mentah berjangka Brent mengakhiri minggu ini 3,3 persen lebih rendah dan WTI turun 2,7 persen.
"Kami telah menjadi pulau kemakmuran, secara global, jadi jika perlambatan ekonomi menghadang kami, itu adalah berita buruk bagi harga minyak," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York. "Kami naik sepanjang pagi sampai data itu memukul," katanya.
Baca juga: Pertumbuhan ekonomi AS melambat, hanya jadi 2,6 persen
Data mengirim pesan kuat ke pasar yang sedang mencari arah, kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group di Chicago. "Saya pikir pasar gelisah, dan ketika mereka mendapatkan data, mereka bereaksi," katanya. Data menambah kekhawatiran bahwa permintaan sedang menurun secara global.
Sebuah jajak pendapat Reuters menunjukkan para analis telah semakin pesimis terhadap prospek kenaikan harga yang signifikan tahun ini, konsumsi bahan bakar global diperkirakan akan turun tahun ini dalam menghadapi perlambatan ekonomi yang luas.
Aktivitas pabrik China pada Februari turun untuk bulan ketiga berturut-turut, karena ekonomi terbesar kedua dunia itu terus berjuang dengan lemahnya pesanan ekspor, sebuah survei swasta menunjukkan pada Jumat (1/3).
Pelemahan juga dirasakan di seluruh wilayah yang lebih luas. Ekspor Korea Selatan mengalami kontraksi paling cepat dalam hampir tiga tahun pada Februari, karena permintaan dari China semakin dingin.
Meskipun demikian, konsumsi bahan bakar, terutama di negara-negara berkembang Asia yang merupakan pendorong utama permintaan minyak global, sejauh ini masih bertahan.
Konsumsi diesel India, misalnya, diperkirakan akan naik ke rekor tahun ini di tengah pertumbuhan ekonomi sekitar tujuh persen.
Penurunan permintaan potensial dapat mengimbangi upaya produsen-produsen untuk mengekang kelebihan pasokan global.
Ke-14 anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memproduksi 30,68 juta barel per hari (bph) pada Februari, sebuah survei Reuters menunjukkan, turun 300.000 barel per hari dari Januari dan total OPEC terendah sejak 2015.
Di Venezuela, ekspor minyak telah anjlok 40 persen menjadi sekitar 920.000 barel per hari sejak pemerintah AS menjatuhkan sanksi-sanksi pada industri perminyakan pada 28 Januari.
Baca juga: Ekspor minyak Venezuela jatuh 40 persen, setelah sanksi Amerika Serikat
OPEC, di mana Venezuela adalah anggota pendiri, sedang memimpin upaya-upaya untuk menahan sekitar 1,2 juta barel per hari pasokan dari pasar untuk menopang harga. Venezuela dibebaskan dari pemotongan.
Penurunan produksi OPEC terjadi pada saat Amerika Serikat memompa minyak pada tingkat tertinggi, dengan data terbaru menunjukkan produksi mencapai rekor tertinggi sepanjang masa untuk minggu kedua berturut-turut.
Namun, perusahaan-perusahaan energi AS minggu ini memangkas jumlah rig minyak yang beroperasi ke level terendah dalam hampir sembilan bulan, karena beberapa produsen menindaklanjuti rencana untuk memotong pengeluaran meskipun terjadi kenaikan lebih dari 20 persen minyak mentah berjangka sejauh tahun ini.
Pengebor mengurangi 10 rig minyak dalam seminggu yang berakhir 1 Maret, sehingga jumlah totalnya turun menjadi 843 rig, terendah sejak Mei 2018, kata perusahaan jasa energi General Electric Co Baker Hughes dalam laporan yang dipantau dengan cermat pada Jumat (1/3).
Provinsi penghasil minyak utama Kanada, Alberta, pada Kamis (28/2) meningkatkan jumlah minyak mentah yang perusahaan-perusahaan dapat produksi pada April menjadi 3,66 juta barel per hari, meningkat 100.000 barel per hari dari batas yang diberlakukan pada Januari.
Baca juga: Harga emas jatuh, tertekan dolar dan ekuitas
Baca juga: Bursa Spanyol melemah, Indeks IBEX 35 berakhir turun 0,11 persen
Baca juga: Bursa Prancis menguat, namun saham Carrefour mengalami kerugian terbesar
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2019
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Harga minyak jatuh dua persen, dibayangi pengurangan pasokan dan sanksi AS"
Post a Comment