“Dalam kode pemilihan FIFA, pembentukan komite pemilihan dan komite banding pemilihan harus dibentuk enam bulan menjelang kongres. Jadi, kalau komite pemilihan dibentuk pada Juli 2019, sebenarnya jadwal kongres paling ideal adalah Januari 2020,” kata Yesayas di Jakarta, Jumat.
Menurut pria kelahiran Ambon itu, dirinya sudah mengirimkan surat elektronik tentang hal tersebut kepada Sekjen FIFA Fatma Samoura pada 20 Oktober 2019.
Baca juga: Yesayas: Gerakan sembilan calon ketum PSSI didukung La Nyalla
Yesayas berpegang pada Kode Pemilihan Standar FIFA pasal 4 ayat 3 yang menyatakan bahwa kongres pembentukan komite pemilihan harus dilakukan setidak-tidaknya enam bulan sebelum kongres pemilihan komite eksekutif.
Kode pemilihan standar ini dibuat FIFA sebagai panduan untuk setiap kode pemilihan milik asosiasi anggota FIFA.
Surat tersebut kemudian dijawab oleh Will dari Departemen Media FIFA pada 21 Oktober 2019. Yesayas pun memberikan surat balasan itu kepada Antara.
Baca juga: Sembilan calon ketum PSSI tuding kongres 2 November tidak adil
Dalam surat balasannya kepada Yesayas, FIFA menyatakan, “Dari informasi yang kami terima, kode pemilihan PSSI yang diadopsi dalam kongres PSSI pada 27 Juli 2019 tidak menetapkan bahwa komite pemilihan harus dipilih oleh kongres PSSI setidaknya enam bulan sebelum kongres pemilihan”.
Kemudian, FIFA melanjutkan, “Pada awalnya memang kongres pemilihan PSSI dijadwalkan berlangsung 25 Januari 2020. FIFA diberitahu oleh PSSI bahwa komite eksekutifnya, sesuai dengan hak prerogatifnya, sudah memutuskan untuk mengadakan pemilihan pada 2 November 2019. FIFA dan AFC akan mengamati jalannya kongres itu”.
Di paragraf terakhir, FIFA memberikan penekanan, “Tolong dicatat bahwa komposisi kongres PSSI diatur dalam Statuta PSSI yang dihasilkan kongres 27 Juli 2019”.
Walau dalam suratnya FIFA tidak mempermasalahkan kongres PSSI 2 November 2019, Yesayas tetap sulit menerima kondisi itu. Dia masih menilai bahwa kongres PSSI pada 2 November 2019 cacat hukum dan seharusnya tidak diakui oleh FIFA.
Baca juga: Calon Ketum PSSI harus dapat besarkan sepak bola
“Kongres tanggal 2 November 2019 itu, kan, keputusan komite eksekutif, bukan kongres. Itu berarti FIFA dalam hal ini mendiamkan, mengabaikan itu. FIFA tidak becus dan berselingkung dengan PSSI. Pemerintah harusnya bisa berdiri di depan ketika sepak bola nasional terancam, bukan berlindung di balik FIFA,” kata pria berusia 62 tahun tersebut.
PSSI memberikan tanggapan atas pernyataan Yesayas. Kepala Hubungan Media dan Promosi Digital PSSI Gatot Widakdo menegaskan bahwa FIFA bukan dalam posisi menyetujui atau tidak pelaksanaan kongres pemilihan PSSI.
Terkait keputusan mempercepat jadwal kongres menjadi 2 November 2019 dari rencana awal 25 Januari 2020, Gatot mengakui bahwa itu bukan keputusan dari kongres luar biasa (KLB) PSSI pada 27 Juli 2019 melainkan rapat komite eksekutif.
Baca juga: Sarman, calon ketua umum PSSI yang ingin keluarkan Indonesia dari AFF
Akan tetapi, hasil rapat komite eksekutif itu disampaikan ke hadapan peserta kongres dan semua pemilik suara (voter) memberikan persetujuan.
“Tanggal 2 November disetujui para voter,” ujar Gatot.
Kongres pemilihan 15 personel Exco PSSI 2019-2023, yaitu ketua umum, dua wakil ketua umum dan 12 anggota exco digelar pada Sabtu, 2 November 2019 di Hotel Shangri-La, Jakarta.
Adapun 11 calon ketua umum PSSI periode 2019-2023 adalah Arif Wicaksono, Aven Hinelo, Bernhard Limbong, Benny Erwin, Fary Djemy Francis, La Nyalla Mattalitti, Mochamad Iriawan, Rahim Soekasah, Sarman El Hakim, Vijaya Fitriyasa dan Yesayas Oktavianus.
Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Endang Sukarelawati
COPYRIGHT © ANTARA 2019
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Calon ketum PSSI tuding FIFA abaikan "electoral code"-nya sendiri"
Post a Comment