Hal ini seperti dirasakan Dinong, pedagang tahu gejrot yang biasa memanfaatkan momen takbiran untuk mengeruk rezeki lebih saat malam takbiran. Pria berusia 50 tahun asal Cirebon ini mengaku sudah berjualan tahu gejrot sejak tahun 1995.
Baginya, berjualan tahu gejrot di malam menjelang Idulfitri memberi penghasilan tambahan yang lumayan. Sebab, pelanggan yang datang biasanya berlipat ganda. Sehingga, berjualan di malam takbiran setiap tahun memang tak pernah ia lewatkan. Demi omset berlipat ganda, Dinong pun rela melepas kesempatan bertemu keluarganya di kampung saat hari suci Lebaran.
"Kalau malam takbiran begini memang biasanya lumayan lebih ramai," ujar kakek tiga cucu yang ditemui saat mangkal di muka Hotel Pullman, kawasan Bundaran HI, Sabtu (24/6).
Hal serupa juga dilakukan oleh Asnawan, tukang bakso malang asal Jombang. Ia juga biasa mangkal di Bundaran HI.
"Bukan karena kehabisan tiket, tapi memang sengaja," kata Asnawan yang berasal dari keluarga petani.
Omzet turun
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, malam takbiran tahun ini tergolong sepi bagi mereka mereka berdua. Dinong misalnya, malam takbiran tahun kemarin ia hanya mendapat Rp300 ribu.
"Baru tahun ini sepi banget," keluh Dinong.
Hal ini menurutnya lantaran menurunnya jumlah orang yang datang di kawasan Bundaran HI. Sebab jika ada sedikit keramaian di kawasan itu, polisi akan langsung membubarkannya.
"Malam ini cuma dapat Rp300 ribu. Lagian pengunjungnya ngga ada. Sekalinya ada, ngga boleh berhenti (di tempat)," imbuh Dinong.
Asnawan pun mengamini hal tersebut. Ia menilai pengamanan dari kepolisian di kawasan Bundaran HI memengaruhi jumlah yang berkunjung dan membeli dagangannya.
Sebelumnya, Dinong bisa mendapat keuntungan hingga Rp1,5 juta dalam semalam ketika berjualan di malam takbiran. Bahkan dalam waktu sebulan, dagangan Dinong bisa mendatangkan pendapatan hingga Rp10 juta.
Lain cerita dengan Asnawan. Ia tak seberuntung Dinong. Berjualan di malam takbiran menurutnya bisa mengumpulkan pemasukan bersih antara Rp600 ribu sampai Rp700 ribu. Jumlah ini cukup banyak dibandingkan penghasilan biasanya yang hanya mencapai Rp400 ribu saja.
Lantaran pendapatan yang tak seberapa itu, Dinong pun mengurungkan niatnya untuk merayakan Idulfitri di kampung halaman. Kas yang ia peroleh jauh di bawah ekspektasi, rencana pulang kampung pun dibatalkan.
Warga diusir Polisi
Kepolisian memang tengah memberlakukan pengawasan ketat di kawasan bundaran HI di malam menjelang Idulfitri tahun ini. Konvoi takbir keliling tak lagi diperbolehkan melintasi Bundaran HI. Sekalipun ada yang hendak lewat, mereka akan menghentikannya.
Polisi pun tak tinggal diam dengan warga yang singgah di sekitar air mancur bundaran. Beberapa kali personel kepolisian menghampiri warga yang sedang berswafoto ria di depan air mancur lalu menyuruh mereka pulang.
Kendati keadaan demikian, baik Dinong maupun Asnawan mengaku akan tetap berjualan di sana. Pasalnya momen Idulfitri masih merupakan hari baik untuk berjualan, sambil berharap meraup untung lebih agar bisa bertemu sanak-saudara usai musim mudik berakhir. (eks)
Baca Kelanjutan Bundaran HI Sepi Saat Takbiran, Omzet Pedangan Merosot : http://ift.tt/2s9bbIABagikan Berita Ini
0 Response to "Bundaran HI Sepi Saat Takbiran, Omzet Pedangan Merosot"
Post a Comment