Search

Jejak Negarawan di Masjid Bernapas Tionghoa

Jakarta, CNN Indonesia -- Abdul Karim Oei Tjeng Hien bukan nama familiar bagi kebanyakan masyarakat Indonesia. Lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, pada 6 Juni 1905, namanya yang merupakan kombinasi Tionghoa dan Arab bisa saja membuat orang mengernyitkan dahi.

Tapi nama ini sebenarnya punya riwayat panjang dalam menyebarkan Islam di komunitas Tionghoa Indonesia. Ia adalah pendiri Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI). Namanya juga ditemui dalam daftar keanggotaan Muhammadiyah.

Potongan nama "Abdul Karim" sendiri diambil ketika ia mulai memeluk Islam. Sebelumnya, nama yang ia sandang hanya Oie Tjeng Hien.

Pada masa kemerdekaan, Karim Oei berada di medan tempur melawan penjajah. Lama setelahnya, ia terpilih sebagai Pimpinan Harian Masjid Istiqlal, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan ketua Masyumi cabang Bengkulu.

Kontribusi Karim Oei terhadap ajaran Islam di komunitas Tionghoa mendapat pengakuan dari banyak pihak. Sebut saja Buya Hamka, NU, Muhammadiyah, KAMI, ICMI, maupun pemerintah.

Sebagai penghormatan atas jasa-jasanya, dibentuklah Yayasan Haji Karim Oei. Yayasan ini kemudian mendirikan masjid Lautze di kawasan pecinan di jalan Lautze nomor 87-89, Pasar Baru, Jakarta Pusat.

Masjid Lautze disebut-sebut sebagai bukti keberhasilan pembauran komunitas Tionghoa dan pribumi yang tak berhasil di masa lalu. Masjid Lautze disebut-sebut sebagai bukti keberhasilan pembauran komunitas Tionghoa dan pribumi yang tak berhasil di masa lalu. (CNN Indonesia/Bintoro Agung)
Masjid ini disebut-sebut oleh sang ketua Yayasan yang juga putra Abdul Karim, Ali Karim Oei, sebagai pembauran penduduk Tionghoa dengan pribumi yang tidak berhasil di masa lalu. Saat ini masjid Lautze sendiri jadi magnet bagi orang asing yang ingin belajar Islam dari nol.

Masjid itu tak memiliki kubah atau menara pada umumnya. Bangunannya berwarna merah-kuning yang sebenarnya lebih identik dengan ibadah Konghucu.

Pada mulanya, masjid Lautze hanya terdiri dari satu ruko. Tak lama, bangunan tiga lantai itu diperluas dengan menambah satu ruko di sebelahnya.

Ruang ibadah terdapat di lantai dasar dengan warna dominan kuning dan hijau pada pilar dan karpetnya. Sentuhan arsitektur Tionghoa makin terasa berkat relief merah di dinding serta karya kaligrafi.

Lantai pertama ini biasa digunakan untuk semua kalangan. Namun ketika jemaat penuh, kmu, perempuan beribadah di lantai dua.

Di lantai teratas, terdapat kantor Yayasan Haji Karim Oei sebagai pengelola masjid.

Dalam salah satu foto yang dipajang di dinding ruang kantor, terdapat foto Karim Oei duduk diapit oleh Soekarno dan Buya Hamka – foto yang mengabadikan ketika ketiganya masih muda dan berjaya.

Karim Oei sendiri memang punya kedekatan dengan figur dari berbagai kalangan baik itu dari organisasi Islam, Tionghoa, atau tokoh-tokoh besar Republik. Rupanya hal ini juga diturunkan pada Ali Karim Oei.

Masjid Lautze memiliki corak merah-kuning khas rumah ibadah Konghucu. Masjid Lautze memiliki corak merah-kuning khas rumah ibadah Konghucu. (CNN Indonesia/Bintoro Agung)
Hal itu terlihat dari peresmian masjid Lautze pada 1991 oleh Ketua ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) B.J. Habibie. Ketika berbincang dengan CNNIndonesia, Ali menyebut, ikatan silaturahmi dengan Habibie pun masih berjalan hingga saat ini.

"Mau ikut ke tempatnya Habibie ga?" ujar Ali kepada salah satu jemaat masjid Lautze sembari mengetik SMS kepada Habibie, awal pekan ini.

Tak hanya Habibie, Ali juga menjalin dengan tokoh politik lainnya seperti mantan Menteri Pertanian Suswono, AM Fatwa, atau mantan hakim Mahkamah Konstitusi Patrialis Akbar.

"Walaupun kedengarannya bercanda, tapi dia memang kenal banyak tokoh-tokoh besar," kata Ryan, salah satu jemaat masjid Lautze yang akrab dengan Ali.

Karim Oei mungkin tak sepopuler tokoh Islam yang mahsyur seperti Wahid Hasyim maupun Ahmad Dahlan. Namun perannya sebagai penyebar ajaran Islam di antara komunitas Tionghoa mempunya tempat istimewa. Hal itu terbukti dengan gelar anugerah Bintang Mahaputera Utama yang diberikan pemerintah pada 9 Agustus 2005 silam. (vws)

Let's block ads! (Why?)

Baca Kelanjutan Jejak Negarawan di Masjid Bernapas Tionghoa : http://ift.tt/2tWiUvY

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Jejak Negarawan di Masjid Bernapas Tionghoa"

Post a Comment

Powered by Blogger.