Â
Tak jarang antrean bus mengular di muka pintu masuk utama terminal. Keriuhan, ditambah parah oleh para penyedia jasa angkut barang yang berebut mencari 'mangsa' di sisi jalan, tempat bus menurunkan penumpangnya. Menjajakan jasa kepada sejumlah pemudik yang repot dengan seabrek bawaan dari kampung halaman.
Di sisi lain, karyawan perusahaan otobus (PO) tampak masih sibuk menawarkan tiket kepada calon penumpang.
"Ayo, yang mau lanjut ke Merak. Langsung jalan. Langsung jalan," teriak salah seorang penjual tiket.
Di antara para penumpang yang turun dari bus AKAP, CNNIndonesia.com bertemu dengan Irwan (23). Seorang pedagang buah di Pasar Pondok Gede, Bekasi, asal Bogor, Jawa Barat.
Disebelahnya, berjalan beriringan, Iip. Adiknya yang baru berusia 16 tahun.
Kepada CNNIndonesia.com, Iip mengungkapkan bahwa kali ini adalah kali pertama ia menginjakkan kaki ke Jakarta. Tujuannya jelas bukan 'liburan' semata.
Melainkan mencari pekerjaan untuk menambah pundi-pundi rupiah bagi keluarga. Dengan resiko meninggalkan pendidikannya.
Namun demikian, Irwan belum dapat memastikan, pekerjaan apa yang nantinya bakal dilakukan oleh adiknya. Pasalnya, dia sendiri baru setahun ini mencoba peruntungan di Jakarta.
Selama setahun ini saja, ia harus rela berdesak-desakan dengan empat orang teman lainnya di sebuah kontrakan kecil di kawasan Pondok Gede.
"Bakal cari kerja sendiri, atau ikut dagang di pasar. Lihat nanti saja. Sementara ini ya (Iip) tinggal bareng di kontrakan dulu," kata Irwan.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa arus balik memang selalu dimanfaatkan masyarakat daerah untuk 'masuk' ke Jakarta. Meninggalkan kampung halaman, demi mencoba peruntungan baru di ibu kota.
Sejak arus balik H 1 Lebaran yang jatuh pada Selasa (27/6) lalu, setidaknya sudah ada 180 ribu jiwa yang masuk ke ibu kota.
Selisih angka yang tentunya tidak sedikit, jika mengingat hanya 123 ribu orang yang tercatat berangkat meninggalkan Jakarta, dari terminal bus Kampung Rambutan, pada H-10 (15/6) hingga hari H Lebaran 2017.
Meski berkali-kali pemerintah mengimbau masyarakat untuk tidak turut membawa serta sanak saudara ke Jakarta usai mudik lebaran, rasanya tetap sia-sia. Ramainya ibu kota, banyaknya kebutuhan para warga, membuat Jakarta masih jadi lahan basah di mata para pengadu peruntungan.
Paling tidak itu yang diyakini oleh Siti (20), perempuan muda asal Sukabumi, Jawa Barat, yang hari ini berangkat dengan tekad kuat untuk mencari pengalaman baru di Jakarta.
Berbeda dengan Iip, sebelum ke Jakarta Siti sudah punya sejumlah pengalaman kerja. Berawal sebagai asisten rumah tangga di kawasan Bandung, hingga dipercaya mengurusi gudang barang milik tuan rumahnya yang juga punya usaha menjual barang-barang kelontong.
Entah iming-iming apa yang diberikan Ika (22), sepupunya, yang sejak setahun lalu bekerja sebagai asisten rumah tangga untuk sebuah keluarga di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan.
"Yang penting niatnya. Kalau niatnya sudah bulat, insyaallah pasti ada jalannya," kata Siti kepada CNNIndonesia.com.
Dengan bekal pengalaman di masa lalu, Siti yakin bakal dapat pekerjaan yang lebih laik di Jakarta. Meski Ika, sudah mewanti-wanti sejak awal, bahwa para 'majikan' di Jakarta, mungkin tidak akan lebih baik ketimbang majikannya dulu di Tanah Sunda.
"Biar lebih kuat mentalnya. Karena yang namanya kerja sama orang kan pasti beda-beda tekanannya," ujarnya. (pit)
Baca Kelanjutan Mereka, Para Pengadu Untung yang Kembali ke Jakarta : http://ift.tt/2uyRo7aBagikan Berita Ini
0 Response to "Mereka, Para Pengadu Untung yang Kembali ke Jakarta"
Post a Comment