"Menduga keras ini dilakukan oleh tangan negara, baik aparat militer, keamanan, kepolisian maupun pemerintahan Myanmar," tulisnya.
Dugaan ini didasarkan pada laporan penginderaan satelit oleh UNOSAT maupun HRW. "Terdapatnya pola-pola serangan terhadap desa-desa etnis Rohingya yang memang telah ditargetkan," imbuhnya.
Ia juga menilai yang merupakan tragedi kemanusiaan terparah di kawasan Asia Tenggara saat ini.
Untuk itu, GP Ansor meminta pemerintah Indonesia untuk lebih aktif bersuara dan cenderung memimpin aliansi mitra dialog dan diplomasi hak asasi manusia terkait masalah kemanusiaan yang menimpa muslim Rohinya di Myanmar.
Sebelumnya, diberitakan telah terjadi penyerangan terhadap sejumlah pos polisi yang menjadi fasilitas penampungan pengungsi muslim Rohinya di Maungtaw Rakhine State, Myanmar.
Kepentingan bisnis
GP Ansor menilai serangan di wilayah yang dihuni etnis Rohingya pada 2013, 2016 dan 2017, dilakukan berdasarkan kepentingan geopolitik dan khususnya pertarungan kekuasaan.
Sebab, daerah Arakan dan Rakhine yang dihuni etnis Rohingya merupakan daerah yang kaya minyak dan gas. Daerah tersebut memiliki cadangan migas terbukti sebesar 1,744 triliun kaki kubik gas dan 1,569 milyar barel minyak.
GP Ansor memelajari konflik geopolitik seperti kejadian tersebut tak hanya terjadi di Myanmar. Namun, sudah menjadi praktik umum diberbagai wilayah untuk menutup operasi apropriasi kapital.
"Di lapangan membungkus atau menutupnya dengan konflik antar etnis, antar agama, antar kelompok masyarakat. Dengan tujuan agar akar maupun persoalan sebenarnya menjadi kabur dan tersamar," kata Mahmud.
GP Ansor menilai daerah Arakan dan Rakhine memang menjadi sasaran khusus dengan operasi terselubung apropriasi kapital. Warga sekitar diprovoksi dan dipersenjatai untuk melakukan persekusi terhadap minoritas Rohingya. </span> (eks)
Baca Kelanjutan GP Ansor Duga Myanmar Jadi Dalang Dibalik Kasus Rohinya : http://ift.tt/2eLHHwWBagikan Berita Ini
0 Response to "GP Ansor Duga Myanmar Jadi Dalang Dibalik Kasus Rohinya"
Post a Comment