Search

Menimbang Kenyamanan Trotoar Tanpa Keteduhan Pohon

Awal pekan ini, Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat menginstruksikan relokasi atau pemindahan pohon-pohon besar di sepanjang Jalan Sudirman dan MH Thamrin ke lokasi lain.

Lokasi pemindahan yakni di kawasan Taman Bersih Manusiawi dan Berwibawa (BMW) di Sunter, Jakarta Utara dan Masjid Raya KH. Hasyim Asy’ari di Kalideres, Jakarta Barat.

Pemindahan pohon merupakan langkah Pemprov DKI terhadap rencana penataan trotoar.

"Untuk penanganan pohon besar berusia 10 sampai 25 tahun, lakukan sekarang dengan penopingan, lalu angkat dan bawa ke nursery (tempat pemeliharaan) agar akar-akarnya dapat tumbuh lagi. Kita pindahkan ke Taman BMW dan Masjid Raya supaya tetap hidup," ujar Djarot saat memimpin Rapat Pimpinan (rapim) di Balai Kota DKI, Jakarta Senin (18/9).

Berdasarkan data Pemprov DKI, total jumlah pohon di sepanjang Jalan Sudirman dan Thamrin sebanyak 9.350, dengan rincian 8.771 pohon di Jalan Sudirman dan 579 di Jalan MH Thamrin.

Adapun jenis pohon yang terdapat di sepanjang jalan tersebut adalah mahoni, flamboyan, beringin, dan jati mas.

Proses pemindahan pohon dimulai dari pembungkusan bola akar, lalu ditarik dan diangkat menggunakan alat berat. Penopingan pohon dikerjakan oleh Pekerja Harian Lepas (PHL) Dinas Pertamanan Pemprov DKI.

Sekretaris Daerah Pemprov DKI Saefullah mengklaim, pemindahan pada 3.000 pohon itu semata-mata demi kenyamanan pejalan kaki dan pesepeda dalam menggunakan trotoar.

"Mungkin awalnya, kita mohon maaf kepada masyarakat karena ada ribuan pohon yang akan dilakukan penopingan dalam waktu dekat, kemudian dipindahkan ke lokasi-lokasi aset Pemda. Diupayakan, pohon itu dipelihara, tidak dibuang," kata Saefullah usai rapim.

Proyek pembangunan trotoar dan relokasi pohon tersebut diharapkan rampung pada Juli 2018.

Memicu Protes 'Peluk'

Jumat (22/9) sore, sejumlah orang enggan melepaskan pelukannya pada pohon-pohon sawo kecik yang ada di trotoar Jalan Sudirman, tak jauh dari halte Trans Jakarta Dukuh Atas 1.

Sambil memejamkan mata, mereka terus memeluk pohon itu. Seolah-olah si pohon hendak pergi. Aksi mengharap perhatian pemerintah itu tentu saja mencuri perhatian warga.

Mereka adalah pemerhati lingkungan yang terdiri dari Koalisi Pejalan Kaki (KoPK), Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), dan Thamrin School.

Pelukan mereka adalah bentuk perlawanan dari rencana Pemprov DKI untuk merelokasi pohon-pohon yang telah berdiri selama puluhan tahun di sana.

Ketua KoPK Alfred Sitorus menyebut, pihaknya menyambut baik rencana Pemprov DKI untuk memperlebar trotoar. Namun, pohon-pohon yang menjadi green belt sebuah jalan, yakni pemisah fungsi jalan raya dan fungsi trotoar, sebaiknya tidak direlokasi maupun ditebang.

"Teman-teman ahli perencana kota sudah menyebutkan bahwa membangun trotoar, tidak harus menggusur yang namanya fungsi utama pelindung pejalan kaki," kata Alfred saat ditemui di lokasi.

Menimbang Kenyamanan Trotoar Tanpa Keteduhan PohonPelukan mereka adalah bentuk perlawanan dari rencana Pemprov DKI untuk merelokasi pohon-pohon yang telah berdiri selama puluhan tahun di sana. (CNN Indonesia/Mesha Mediani)
Alfred mengatakan, butuh waktu puluhan tahun lagi untuk menunggu sampai sebuah pohon berdiri kokoh dan mampu melindungi manusia dari panas dan hujan.

Ia meminta Pemprov DKI lebih berhati-hati dalam memutus sebuah kebijakan. Sebab, keputusan untuk menebang pohon yang diklaim demi kenyamanan pejalan kaki, bisa jadi berbalik membuat warga justru merasa tidak nyaman.

"Pemprov DKI jangan gegabah mengambil sikap. Ketika nanti dipotong atau digusur si pohon, ini malah bisa menurunkan angka pejalan kaki, minimal 30 persen pejalan kaki ogah karena tidak ada lagi pelindung pejalan kaki di siang hari," ucap Alfred.

Alfred menambahkan, dengan kondisi cuaca Jakarta yang bersuhu sekitar 38 derajat celcius, ketiadaan pohon justru membuat orang semakin enggan berjalan kaki di trotoar karena panas.

"Dengan begitu, apa benar mereka masih mau berjalan kaki? Pilihannya ojek online, yang berjalan jarinya, bukan kakinya," kata Alfred.

Ia pun sedikit berpesan pada Djarot yang akan mengakhiri masa jabatannya pada Oktober 2017.

"Kalau mau selesai jabatannya, jangan gegabahlah. Ini urusannya setelah ditinggal, kan, panjang. Jangan meninggalkan sesuatu yang tidak diterima warga Jakarta," ujarnya.

Direktur Eksekutif KPBB Ahmad Safrudin menyatakan, lingkungan hidup di sekitar Sudirman-Thamrin memiliki kapasitas daya dukung batas minimal untuk mampu melindungi makhluk hidup, termasuk manusia.

"Jumlah pohon yang ada saat ini, sudah termasuk minimal terbawah agar daya dukung lingkungan bisa melindungi makhluk hidup di sekitar Sudirman-Thamrin," kata Ahmad.

Jika pohon ditebang, daya dukung menjadi tak tercapai. Jalan Sudirman-Thamrin yang kurang lebih panjanganya mencapai 7 kilometer, kata Ahmad, setidaknya butuh 10-12 ribu pohon sebagai penghasil oksigen.

Terlebih, dengan beban berat emisi gas buang kendaraan bermotor yang semakin memperburuk kondisi udara di kawasan jantung Jakarta tersebut.

"Kesannya, atas permintaan KoPK, perlu trotoar yang lebih lebar. Memang betul kami butuh, tetapi tidak perlu dengan memotong pohon," pungkas Ahmad.

(osc)

Let's block ads! (Why?)

Baca Kelanjutan Menimbang Kenyamanan Trotoar Tanpa Keteduhan Pohon : http://ift.tt/2wI1yry

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Menimbang Kenyamanan Trotoar Tanpa Keteduhan Pohon"

Post a Comment

Powered by Blogger.