Search

Menyusuri 'Desa Mati' di Zona Merah Gunung Agung

Pemerintah Provinsi Bali dan pihak terkati telah menetapkan wilayah zona merah di sekitar Gunung Agung di Karangasem, Bali. Zona bahaya itu langsung ditetapkan tak lama setelah status Gunung Agung dinaikkan menjadi awas pada 22 September lalu.

Zona merah yang ditetapkan tersebut merupakan desa dengan jarak radius 12 kilometer dari puncak gunung. Desa zona merah itu di antaranya Selat, Muncan, Sebudi, dan Besakih.

CNNIndonesia.com mencoba menyusuri wilayah zona merah tersebut untuk melihat situasi di lokasi yang mayoritas penduduknya telah pergi mengungsi.

Selat menjadi desa pertama yang dikunjungi CNNIndonesia.com. 

Di Desa Selat masih banyak warga yang melakukan berbagai aktivitas seperti biasanya, mulai dari bertani hingga sekadar berkumpul.

Dari Selat, CNNIndonesia.com bergerak menuju ke Jalan Gunung Agung yang merupakan akses langsung menuju ke tempat titik awal pendakian Gunung Agung.

Sekitar satu kilometer menelusuri Jalan Gunung Agung, CNNIndonesia.com diberhentikan oleh beberapa warga setempat yang menutup akses jalan menuju ke atas.

Tak Boleh Dikunjungi

Dari informasi warga setempat, sebenarnya daerah tersebut sudah tidak boleh untuk dikunjungi. Bahkan pukul 18.00 WITA wilayah tersebut harus sudah steril dari warga.

Setelah berdiskusi, CNNIndonesia.com akhirnya memperoleh izin untuk melanjutkan perjalanan ke atas, namun dengan catatan sebelum pukul 18.00 WITA sudah harus kembali.

Sepanjang perjalanan, terlihat hampir seluruh rumah telah ditinggalkan penghuninya yang sudah mengungsi di posko-posko yang telah disediakan. 
Menyusuri 'Desa Mati' di Zona Merah Gunung AgungSepanjang perjalanan, terlihat hampir seluruh rumah telah ditinggalkan penghuninya. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Hewan ternak seperti sapi dan kambing pun sudah tidak ada di kandangnya. Hanya ada puluhan anjing liar dan ayam yang masih berkeliaran di sepanjang perjalanan.

Meski begitu, CNNIndonesia.com masih sempat berpapasan dengan beberapa warga yang melintas turun dari atas.

Karena sudah tak ada lagi warga yang beraktivitas, sepanjang jalan pun suasana terasa sepi.

Semakin ke atas, suhu udara semakin dingin. Gunung Agung tampak ditutupi oleh kabut. Meski begitu, sepanjang perjalanan tidak ada bau belerang yang tercium.

Perjalanan CNNIndonesia.com ke arah Gunung Agung berhenti di Pura Kahyangan Jagat Taman Sari Giri Tohlangkir yang berada di Desa Sebudi.

Pura tersebut berada tepat di bawah kaki Gunung Agung. Jika tidak ada kabut, maka gunung dengan tinggi 3.031 meter di atas permukaan laut itu akan tampak jelas menjadi latar yang memanjakan mata dari pura tersebut.

Sama dengan rumah warga, tak ada aktivitas d dalam pura. Suasana terasa begitu hening.

Seiring waktu yang semakin sore, CNNIndonesia.com putar balik dan turun sesuai pernjanjian dengan warga tadi bahwa sebelum pukul 18.00 WITA wilayah zona merah sudah harus steril.

Dalam perjalanan turun, CNNIndonesia.com menemukan sebuah monumen yang terletak di depan Kantor Kelurahan Desa Sebudi.

Monumen tersebut merupakan tugu pengingat kehancuran Desa Sebudi akibat bencana nasional meletusnya Gunung Agung pada 17 Maret 1963 silam.

Pada monumen itu juga dicantumkan jumlah korban meninggal di Desa Sebudi yang berjumlah 545 jiwa.

Berdasarkan informasi yang tertera pada monemun tersebut, monumen dibuat pada 17 Maret 1997 yang kemudian mengalami renovasi pada tahun 2014.

Mendekati pukul 18.00 WITA, CNNIndonesia.com pun memutuskan untuk menyudahi penelusuran dan kembali ke wilayah zona aman. </span> (wis/osc)

Let's block ads! (Why?)

Baca Kelanjutan Menyusuri 'Desa Mati' di Zona Merah Gunung Agung : http://ift.tt/2wQkj7i

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Menyusuri 'Desa Mati' di Zona Merah Gunung Agung"

Post a Comment

Powered by Blogger.