Search

NU-Muhammadiyah Beda Pendapat Soal Relawan Ormas ke Myanmar

Ketua Umum Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj mempersilakan Front Pembela Islam (FPI) mengirimkan ribuan orang relawan ke Rakhine State, Myanmar untuk membantu etnis Rohingya. Pengiriman relawan itu diklaim untuk meringankan beban akibat diburu militer Myanmar.

"Silakan saja. Boleh-boleh saja itu," ujar Said di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (5/9).

FPI sebelumnya mengklaim, ribuan orang dari beragam daerah telah mendaftar sebagai relawan untuk dikirim ke Myanmar. Dalam persyaratan disebutkan, relawan harus siap mati di sana.

Pendaftaran akan dilakukan beberapa kali. Tahap pertama berakhir besok, Rabu (6/9). Setelah ditutup, FPI akan memberangkatkan relawan gelombang pertama.

Juru Bicara FPI Slamet Ma'arif menuturkan, pengiriman relawan ke sana untuk membantu berbagai aspek mulai dari negosiasi hingga gencatan senjata.

Meski mempersilakan, Said menyatakan, FPI sebenarnya bisa membantu etnis Rohingya melalui Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM) yang telah diresmikan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.

"Kan Yusuf Ali Ketua AKIM. Ketuanya sudah NU," tutur Said.

Aliansi ini terdiri dari Muhammadiyah, Nadhlatul Ulama (NU), Palang Merah Indonesia (PMI), PKPU dan Aksi Cepat Tanggap (ACT). AKIM juga bersinergi dengan pemerintah Myanmar dan membentuk program Humanitarian Assistance for Sustainable Community (HASCO).

Berbeda dengan NU, Muhammadiyah punya pendapat sebaliknya. Ormas di Indonesia dianggap tak perlu mengirim laskar dan pasukan ke Myanmar untuk membantu etnis Rohingya.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak menilai kehadiran laskar dan pasukan dari ormas di Indonesia justru bisa memperkeruh kondisi di Myanmar.

"Saya pikir relawan kemanusiaan enggak apa-apa. Kalau laskar-laskar begitu tidak perlu ya, malah tambah repot, ricuh, kemudian justru ini kan ada konfliknya vertikal ya serangan militer ke kelompok tertentu termasuk brutal ke etnis Rohingya," kata Dahnil di kantornya, Jakarta, Selasa (5/9).

NU-Muhammadiyah Beda Pendapat Soal Relawan Ormas ke MyanmarSalah satu syarat dari FPI untuk relawan ke Myanmar, yakni siap mati saat bantu Rohingya. (CNN Indonesia/Lalu Rahadian).
Keberangkatan laskar dan pasukan nonrelawan kemanusiaan dianggap bisa semakin banyak menyumbang kejatuhan korban dari etnis Rohingya. Sebabnya, serangan militer di Myanmar terhadap etnis tersebut dikawatirkan semakin besar.

Menurut Dahnil, dukungan dan solidaritas untuk etnis Rohingya harus disalurkan dalam bentuk yang tepat. Ia menganggap cara paling efektif saat ini adalah dengan menekan pemerintah Myanmar agar mau membuka diri ke dunia internasional.

"Tempat yang paling tepat sekarang adalah menekan pemerintah Myanmar untuk membuka diri melakukan perubahan konstitusi supaya menganggap warga Rohingya sebagai bagian dari mereka," ujarnya.

Salah satu ormas yang hendak mengirim laskar dan relawan ke Myanmar adalah Front Pembela Islam (FPI). Kepada CNNIndonesia.com, juru bicara FPI Slamet Ma'arif merinci wilayah yang telah membuka pendaftaran relawan.

Di Sumatera Utara ada sekitar 1.200 pendaftar. Kemudian, ada 600 orang mendaftar dari Pasuruan, Jawa Timur, dan 287 orang dari DKI Jakarta.

FPI menetapkan empat syarat untuk pendaftaran relawan, yakni mendapat izin orang tua, berusia di atas 20 tahun, memiliki kemampuan bela diri, dan menyatakan siap kemungkinan terburuk yaitu meninggal di wilayah Rakhine, Myanmar untuk membantu etnis Rohingya. </span> (osc/djm)

Let's block ads! (Why?)

Baca Kelanjutan NU-Muhammadiyah Beda Pendapat Soal Relawan Ormas ke Myanmar : http://ift.tt/2vHA7Ol

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "NU-Muhammadiyah Beda Pendapat Soal Relawan Ormas ke Myanmar"

Post a Comment

Powered by Blogger.