Purnomo dinyatakan meninggal pada pukul 9.45 WIB di Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro, Tangerang Selatan, setelah sejak 2015 silam bergulat dengan kanker kelenjar getah bening yang diidapnya.
Sepekan terakhir Purnomo dirawat di RSPI Bintaro, setelah sejak awal tahun kondisi kesehatannya mulai menurun kembali kendati sudah lima kali menjalani kemoterapi termasuk sekali di Singapura.
Gian menuturkan sejak kemarin sang ayah sudah dua kali dirujuk ke ruang perawatan intensif, namun akhirnya menghembuskan nafas terakhir sekira pukul 9.45 WIB.
"Kata dokter, kemauan almarhum untuk hidup terlalu besar," kata Gian saat ditemui di rumah duka Purnomo di komplek Discovery Lumina, bilangan Bintaro Sektor VII, Tangerang Selatan.
"Jadi detakannya melawan terus, tapi badannya sudah tidak kuat," ujarnya menambahkan.
Kegigihan yang sama juga sempat diperlihatkan Purnomo yang memaksakan diri turut hadir menyaksikan putra sulungnya melakukan prosesi lamaran sekira tiga pekan silam, kendati harus dibantu dengan sokongan penghilang rasa sakit.
Gian juga mengingat Purnomo sebagai sosok yang selalu memotivasi siapapun lawan bicaranya.
"Hidupnya selalu memotivasi. Dalam kesempatan apapun," kata Gian.
"Saya, ketiga adik saya, teman-teman kami selalu kebagian motivasi dari Papah," ujarnya menambahkan.
Purnomo wafat meninggalkan seorang istri Endang Irmastiwi beserta empat putra yakni Gian Asiara, Praditya Ramadhan, Juan Prima Bara dan Hanggara Adiputra.
Mendiang melejit namanya ketika berhasil menjejaki putaran semifinal Olimpiade 1984 di Los Angeles, Amerika Serikat.
Jenazah Purnomo akan dimakamkan Jumat sore di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir Jakarta Selatan.
Baca juga: Obituari - Sprinter Purnomo berpulang, pernah ingin jadi Menpora
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Fitri Supratiwi
COPYRIGHT © ANTARA 2019
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Putra sulung Purnomo kenang mental sang ayah yang dihentikan tubuhnya"
Post a Comment