"Saat ini elektabilitas PDIP tinggal 22,9 persen. Penurunan tajam capaian elektabilitas PDIP diperkirakan karena migrasi pemilih muslim ke partai-partai nasionalis lainnya," kata Direktur Eksekutif indEX Research Vivin Sri Wahyuni dalam siaran persnya di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, faktor paling kuat yang menandai fenomena tersebut adalah bergabungnya mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Menurut Vivin, publik masih sangat resisten dengan kemunculan kembali Ahok dalam kancah politik nasional. "Memori kasus penistaan agama pada Pilkada DKI terus terjaga, terlebih momentum reuni Alumni 212 yang tak pernah surut dukungan luas masyarakat,” kata Vivin.
Menurut dia, kemana larinya suara pemilih PDIP perlu ditelisik lebih lanjut, tetapi kenaikan pada beberapa parpol lain yang berhaluan nasionalis menunjukkan kemungkinan perpindahan suara tersebut.
Vivin menyebutkan parpol-parpol seperti Gerindra, Golkar dan Demokrat yang cenderung stabil. Di sisi lain NasDem, PSI dan Perindo mengalami peningkatan elektabilitas. "Elektabilitas Gerindra masih berada pada angka 14,8 persen, Golkar 10,5 persen dan Demokrat 4,7 persen,” papar Vivin.
Sementara itu, NasDem sedikit mengalami kenaikan menjadi 4,3 persen, mendekati posisi Demokrat sebagai juru kunci lima besar. Demikian pula dengan Perindo yang naik elektabilitasnya menjadi 3,4 persen.
Kenaikan paling signifikan terjadi pada Partai Solidaritas Indonesia (PSI). "Melejit ke angka 4,1 persen, PSI kini mengamankan posisi untuk dapat lolos menembus parliamentary threshold," ucapnya.
Lompatan elektabilitas PSI cukup menarik, mengingat keseriusan kader-kadernya dalam membangun awareness kepada publik. "Cara PSI berkampanye dengan meluncurkan video pendek Grace Natalie menimbulkan perbincangan publik," kata Vivin.
Publik tampaknya merindukan politik yang riang dan gembira, alih-alih adu kebohongan dan kebencian seperti marak di media sosial. "Video PSI tersebar luas di berbagai platform media sosial termasuk grup-grup Whatsapp," katanya.
Faktor lain yang diduga berkontribusi pada peningkatan elektabilitas PSI adalah ketegasan sikap parpol tersebut soal pendirian rumah ibadah.
"Selama bertahun-tahun isu kebebasan beragama menjadi sorotan publik, di antara partai-partai nasionalis hanya PSI yang paling jelas sikapnya terhadap deregulasi rumah ibadah," katanya.
Parpol-parpol lain masih harus berjuang untuk bisa lolos ke Senayan, termasuk parpol seperti PPP (3,2 persen), PKS (3,0 persen), PAN (2,8 persen) dan Hanura (1,1 persen). Demikian pula dengan parpol seperti PBB (0,8 persen), PKPI (0,3 persen) serta pendatang baru Berkarya (0,6 persen) dan Garuda (0,2 persen).
"Dengan memperhitungkan margin of error, Perindo akan menemani PSI sebagai parpol baru yang berpeluang masuk ke parlemen," katanya.
Survei indEX Research dilakukan pada 11-15 Februari 2019, dengan jumlah responden 1200 orang. Metode survei adalah multistage random sampling dengan margin of error ±2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Baca juga: LSI: PDIP unggul di lima kantong suara
Baca juga: Hasto tegaskan BTP anggota biasa di PDI Perjuangan
Baca juga: Ahok resmi jadi kader PDI Perjuangan
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Survei IndEX: elektabilitas PDIP turun"
Post a Comment