Pantauan CNNIndonesia.com, sepanjang ruas menuju pintu utama Ragunan dari arah Kementerian Pertanian sudah berjajar pedagang musiman.
Pedagang minuman menawarkan dagangannya dengan menggunakan secarik kertas bertuliskan 'minuman Rp10 ribu'. Satu paket minuman, dijual Rp10 ribu. Isinya berupa dua minuman perasa dan satu air mineral. Sedangkan tikar satu lembarnya dibanderol Rp5 ribu.
Sri Sumiyati (47), pedagang musiman yang menjual tikar terpaksa nekat berjualan di pinggir jalan demi meraup keuntungan.
"Ya mau bagaimana lagi. Lumayan kan sekalian nambahin uang," kata Sri kepada CNNIndonesia.com, Senin (26/6).
Larangan berjualan di pintu masuk Ragunan, seperti tahun sebelumnya, menurut Sri membuat pedagang musiman harus menggeser lapaknya.
"Kan udah tidak boleh lagi berjualan di depan. Makanya ini saya pindah saja," ujarnya.
"Lebih praktis, sekalian masuk. Kalau di dalam takutnya mahal semua," ujar Anton, salah satu pengunjung Ragunan.
Terpisah, Kepala Satgas Satpol PP Kecamatan Pasar Minggu, Patar Maruli Tua mengatakan, petugas sengaja menertibkan pedagang musiman yang biasa membuka lapaknya di tiga pintu masuk Ragunan.
Tujuannya, untuk mengantisipasi kemacetan, selama libur lebaran di kawasan Ragunan.
"Ada tiga pintu masuk ya, itu semuanya dijaga agar tidak ada lagi yang berjualan. Dari Satpol PP ada 70 personel," kata Patar.
Pada hari biasa, kata dia, jumlah petugas jaga yang mengawasi para pedagang tidak terlalu banyak. Namun, khusus lebaran, banyak pedagang musiman yang berjualan, sehingga personel ditambah.
"Kalau hari biasa tidak begini, biasa saja. Cuma ini momen lebaran, banyak pedagang musimannya," kata Patar.
(syh)
Baca Kelanjutan Pedagang Musiman di Ragunan, Antara Ketertiban dan Kebutuhan : http://ift.tt/2sVs1wABagikan Berita Ini
0 Response to "Pedagang Musiman di Ragunan, Antara Ketertiban dan Kebutuhan"
Post a Comment