Pengamat perkotaan Nirwono Joga menuturkan, gelombang urbanisasi usai Lebaran tak selamanya buruk.
Di satu sisi, di tengah pertumbuhan pembangunan infrastruktur yang sedemikian besar, kehadiran para pendatang baru justru dibutuhkan. Ini macam gulali yang menarik pelbagai pihak untuk merasakan manisnya.
CNNIndonesia.com sempat bertemu dengan beberapa orang yang baru saja datang ke Jakarta usai mudik Lebaran 2017.
Salah satunya, Dodi Junaidi (21), pria asal Garut, Jawa Barat, yang sengaja datang ke Jakarta setelah ditawari salah seorang temannya untuk menjadi tukang cukur.
Setelah lulus SMA, ia memang sempat belajar menjadi tukang cukur di daerah asalnya. Setelah belajar selama kurang lebih dua tahun, ia pun berpikir untuk mencari pengalaman baru di Jakarta.
|
"(Takut) sedikit sih, ya tapi coba saja," kata Rina.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara, satu-satunya alasan bagi orang-orang seperti Doni dan Rina, yang hanya memiliki latar belakang pendidikan di level rendah, meninggalkan kampung halaman demi Jakarta adalah anggapan banyak lapangan pekerjaan.
Hal itu terutama di sektor informal, seperti pekerja bangunan dan asisten rumah tangga.
"Persyaratan yang menurut saya gampang-gampang susah memang," kata dia.
Pertama, para pendatang ini, ujarnya, haruslah memiliki keterampilan atau keahlian tertentu. Suatu hal yang dapat dibuktikan dengan adanya sertifikat maupun ijazah.
"Kedua, mereka yang datang harus memiliki tabungan yang cukup. Taruhlah dalam enam bulan ke depan. Minimal untuk bertahan hidup," kata Joga.
Mereka yang baru datang ke Jakarta pun harus memiliki tempat tinggal sementara. Serta punya gambaran bakal bekerja di mana. Karena saat mereka tidak bisa memenuhi syarat tersebut, maka dampaknya sudah pasti dapat langsung dirasakan oleh penduduk seisi Jakarta.
Dia menuturkan untuk memutus mata rantai permasalahan urbanisasi tersebut, kata Joga, maka pemerintah pusat, beserta pemerintah provinsi dan pemerintah kota maupun kabupaten, harus bekerja bersama-sama untuk segera memulai pemerataan pertumbuhan industri di sejumlah daerah.
Karena permasalahan akibat tingginya gelombang urbanisasi, menurut Joga, tidak seharusnya hanya menjadi beban Jakarta.
|
Pembangunan industri, properti, bahkan infrastruktur di sekitar Bodetabek ini, kata Joga, pastinya akan membutuhkan banyak tenaga kerja.
"Kalau UMR di tiap-tiap daerah meningkat, maka tidak ada alasan untuk memaksakan diri datang ke Jakarta lagi,” ujar Joga.
(asa/asa)
Baca Kelanjutan Gulali Jakarta di Mata Orang-Orang 'Asgar' dan Tasik : http://ift.tt/2tC3OvSBagikan Berita Ini
0 Response to "Gulali Jakarta di Mata Orang-Orang 'Asgar' dan Tasik"
Post a Comment