Totok Yuliyanto, Ketua PBHI menjelaskan, menjadi komisioner di Komnas HAM akan memiliki tekanan yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan menjadi anggota Lembaga Sosial Masyarakat (LSM).
Tekanan berupa intervensi yang dilayangkan oleh sejumlah pihak dan masalah politik tertentu menjadi salah satu penyebabnya. Dengan demikian, hal ini membuat generasi muda berpikir ulang untuk mencalonkan dirinya menjadi komisioner Komnas HAM.
"Kami sangat paham di dalam proses Komnas HAM ada dinamika yang cukup rumit. Makanya banyak generasi tua," ungkap Totok, Minggu (2/7).
Selain itu, beberapa persoalan Komnas HAM periode 2012-2017 yang banyak menuai kritik berupa berkurangnya kepercayaan publik dan adanya indikasi korupsi juga menambah generasi muda tidak berminat untuk masuk menjadi bagian dari Komnas HAM.
"Tapi kami rasa juga generasi muda ini ada andil dalam proses penyeleksian, rekam jejak," kata Totok.
Asal tahu saja, mayoritas 60 calon anggota komisioner Komnas HAM 2017 - 2022 yang lolo seleksi memiliki usia berkisar 40 - 49 tahun. Sementara, untuk asalnya masih didominasi dari wilayah Jakarta dan Jawa Barat.Dari 60 calon tersebut, lima diantaranya merupakan calon petahana, yakni Hafid Abbas, M. Imdadun Rahmat, Roichatul Aswidah, Sandrayati Moniaga, dan Siti Noor Laila.
Totok, yang menjadi anggota di Koalisi Selamatkan Komnas HAM juga memaparkan, tingginya tekanan intervensi dari beberapa organisasi, kelompok, atau korporasi ini yang membuat Koalisi Selamatkan Komnas HAM melakukan penelusuran rekam jejak kepada 60 calon.
Hasil dari penelusuran itu akan diserahkan kepada Panitia Seleksi (Pansel) Calon Anggota Komnas 2017 - 2022 pada Senin esok (3/7) dan diharapkan dapat menjadi alternatif penilaian dalam melakukan seleksi selanjutnya. (gen)
Baca Kelanjutan Tekanan dan Intervensi Bikin Anak Muda Emoh Gabung Komnas HAM : http://ift.tt/2tEhDMWBagikan Berita Ini
0 Response to "Tekanan dan Intervensi Bikin Anak Muda Emoh Gabung Komnas HAM"
Post a Comment