Helena Kabogau dari Aliansi Mahasiswa Papua mengatakan, isi kesepakatan itu harus dijelaskan secara detail. Menurut dia, kesepakatan itu jangan sampai merugikan masyarakat Papua sendiri.
"Saya sudah dengar (kesepakatan), tapi kami merasa tetap ini ada ancaman. Lingkungan Papua sudah dirusak sekian lama, divestasi saham saja tidak cukup mengembalikan khazanah lingkungan Papua, Pemerintah harus lebih rinci terkait kesepakatan itu," kata Helena saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (30/8).
"Freeport masih bisa mencurangi, maka sangat perlu isi kesepakatan itu dirinci dan didetailkan kembali," katanya.
Hal lainnya menurut Helena, pemerintah Indonesia harus mendahulukan kepentingan masyarakat Papua. Saat divestasi saham 51 persen disetujui kedua pihak, pemerintah diminta mulai menata keberlangsungan dan kendali masyarakat Papua di tanahnya sendiri.
Sementara pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi mengatakan, PT Freeport Indonesia dan pemerintah perlu menjabarkan secara rinci isi setiap kesepakatan yang sudah dicapai.
Menurutnya, konflik tetap berpotensi muncul jika tak ada pengaturan yang jelas dari kesepakatan itu.
Dia berharap jangan sampai ada celah yang bisa dimanfaatkan Freeport untuk lari dari tanggung jawabnya setelah menyetujui divestasi saham sebanyak 51 persen itu.
"Misalnya menetapkan harga saham yang sangat tinggi, bahkan over value, sehingga Indonesia tidak sanggup membelinya, celah-celah seperti ini harus dipertimbangkan," kata dia.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "'Freeport Lego 51 Persen Saham Tak Jamin Papua Sejahteraâ"
Post a Comment