Badan Usaha Milik Negara itu disebut harus menjelaskan sebab masih dioperasikannya satelit Telkom 1 meski telah mengorbit sejak 18 tahun lalu. Satelit itu awalnya diproyeksi beroperasi hingga 15 tahun sejak diluncurkan dari Kourou, Guyana, Perancis.
"Saya tetap menduga bahwa problem offline satelit ini banyak janggalnya. Misalnya dari rekam jejak argumentasi PT Telkom yang tidak konsisten, dia bilang bahwa satelit itu umurnya 15 tahun tapi tetap digunakan 18 tahun lewat," ujar Koordinator Presidium Solidaritas untuk Pergerakan Aktivis Indonesia (Suropati) Aditya Iskandar di Kantor Badan Reserse dan Kriminal Polri, Gambir, Jakarta, Senin (4/9).
Ketidakjelasan sebab dan fakta di balik hancurnya satelit Telkom 1 membuat Suropati berniat melaporkan PT Telkom ke Bareskrim Polri karena dinilai telah merugikan konsumen.
Disarankan Berdialog
Namun, mereka batal membuat laporan ke polisi, karena polisi menyarankan agar mereka berdialog terlebih dulu dengan PT Telkom sebelum melanjutkan perkara.
Aditya mengatakan akan membuka komunikasi dengan PT Telkom untuk mempertanyakan kebenaran di balik masalah yang menyerang satelit BUMN itu.
"Nanti akan kami komunikasi juga dengan YLKI. Setiap konsumen sebenarnya berhak untuk melaporkan. Ada sebenarnya unsur pidana dan bisa juga kita masukkan unsur gugatan perdata misalnya ada kerugian materiil dan imateriil yang kita kumpulkan dari para konsumen kita bisa gugat perdata ke pengadilan," tuturnya.
"Ini kan harus diklarifikasi PT Telkom karena kalau isu ini berkembang kan nama baik PT Telkom juga akan rusak. Saya ingin nama baik BUMN yang kita banggakan ini benar-benar bersih jangan terganggu," katanya.
Satelit Telkom 1 diproduksi perusahaan asal Amerika, Lockheed Martin Commercial Space Systems. Dalam proses operasional, Telkom dan Lockheed Martin melihat kondisi yang memungkinkan Telkom 1 bisa mengorbit lebih dari 15 tahun sejak diluncurkan pada 1999 silam.
Telkom merogoh kocek US$ 191,4 juta untuk pembuatan dan peluncuran satelit itu. Biaya tersebut terdiri dari 84,8 juta dolar Amerika untuk pembuatan satelit Telkom-1 dari perusahaan Lockheed Martin, 90,1 juta dolar Amerika untuk kontrak peluncuran dengan perusahaan Arianespace, dan 1,6 juta dolar Amerika untuk pelayanan konsultasi dengen perusahaan asal Kanada, Telesat.
Sementara itu, Telkom belum memberikan tanggapan tentang permintaan Suropati itu. Pesan singkat CNN Indonesia.com yang dikirim ke Vice President Corporate Communication Telkom, Arief Prabowo belum dijawab. Begitupula dengan panggilan telepon.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Telkom Diminta Jelaskan Fakta di Balik Gangguan Satelit"
Post a Comment