"(Idham) pernah tugas di daerah konflik, Kapolda Sulawesi, operasi Tinombala. Saya sangat tidak ragu dengan kemampuannya dalam menangani Jakarta nanti," kata Tito di Markas Besar Polri, Jakarta Selatan, Rabu (26/7).
Idham hari ini resmi dilantik menjadi Kapolda Metro Jaya menggantikan Irjen Mochamad Iriawan. Ia tercatat pernah menjabat sebagai Kapolda Sulawesi Tengah pada 2013 hingga 2016.
Saat itu, Idham terlibat dalam tim yang diberi nama sandi Camar Maleo untuk memburu kelompok teroris pimpinan Santoso, Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Namun, Santoso beserta kroninya gagal dilumpuhkan Idham hingga masa akhir jabatannya.
Selain itu, menurut Tito, pengalaman Idham menjabat sejumlah posisi di satuan wilayah kepolisian di Jakarta turut menjadi pertimbangan memutasi lulusan Akademi Kepolisian 1988 itu menjadi Kapolda Metro Jaya.
"Idham orang lama di Jakarta. Dari letnan dua dinasnya di Jakarta dan Depok," kata Tito.
Beberapa jabatan yang pernah dipangku Idham di satuan wilayah kepolisian di Jakarta antara lain Kepala Unit Vice Control Satuan Serse Umum Direktorat Serse Polda Metro Jaya (1999), Wakil Kepala Satuan Serse Umum Direktorat Serse Polda Metro Jaya (2001), dan Kepala Satuan I Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya (2002).
Salah satu prestasi yang cukup menonjol dan menjadi perhatian publik, yakni keberhasilan Idham menangkap salah satu aktor Bom Bali 2002, Azahari, di Batu, Malang, Jawa Timur pada 9 November 2005 lalu.
Saat itu, dia menjabat sebagai Kepala Unit Pemeriksaan Sub Detasemen Investigasi Densus 88. (wis)
Baca Kelanjutan Pengalaman Pimpin Daerah Konflik, Alasan Idham Jadi Kapolda : http://ift.tt/2uXMFiOBagikan Berita Ini
0 Response to "Pengalaman Pimpin Daerah Konflik, Alasan Idham Jadi Kapolda"
Post a Comment