Desa Domas berada di pesisir utara Serang. Tambak bandeng sebagai salah satu sumber penghidupan warga di sana.
Butuh waktu tak sampai satu jam, perjalanan dari Kota Serang sampai di Desa Domas. Jalan utama desa tersebut terbilang cukup mulus, mulai dari gapura sampai jalan ujung sebelum tambak. Siang itu, terlihat warga tengah menjalankan aktivitas.
Namun, di tengah kehidupan warga di sana, ada ancaman abrasi yang terus mengintai mereka.
Persoalan abrasi pantai menjadi masalah serius yang sedang dihadapi warga Desa Domas dalam sepuluh tahun terakhir. Abrasi momok utama bagi parapemilik tambak bandeng, yang membuat mereka terus merugi dari tahun ke tahun.
Ditemani Ubedillah (36), warga asli Desa Domas dan rekannya, Tim CNNIndonesia.com menyusuri tambak-tambak yang terancam hilang akibat abrasi pantai. Tambak-tambak dengan ukuran bervariasi membentang, mulai dari jalan akhir desa sampai bibir pantai.
Pasalnya, untuk mengelilingi tambak ini harus menaiki sepeda motor melintas di pematang atau pembatas antar tambak, yang lebarnya hanya satu meter. Di tengah perjalanan, ada salah satu petambak yang sedang membenarkan tanggul pembatas.
Menurutnya, setiap tahun sudah pasti ada tambak yang hilang tergerus abrasi dan berubah menjadi pantai. Masifnya abrasi di wilayahnya itu, tambah Rasman diperparah dengan adanya kegiatan penambangan pasir laut di lepas pantai.
“Semenjak 2001, sampai sekarang makin parah. Kalau masalah dihitung, kayanya nggak kehitung sudah berapa ratus hektare (tambak) yang habis,” kata Rasman.
Rasman merupakan warga asli Desa Domas. Sejak kecil dirinya sudah bekerja di tambak. Dia mengungkapkan, pada puluhan tahun lalu daratan yang diperuntukan untuk tambak sangat luas, sampai mendekati Pulau Tunda.
Berpindah Tangan
Kini, kata Rasman, selain tambak hilang digerus abrasi, kepemilikan tambak-tambak di desanya itu sudah pindah tangan ke orang lain. Warga desa banyak melepas tambaknya lantaran terus merugi setiap tahun. Hasil bandengnya tak mampu mencukupi ongkos produksi.
“Sudah banyak yang dijual. Mereka takut habis. Ini ada yang punya orang Tangerang,” ujarnya.
Rasman memang tak memiliki tambak sendiri.Namun waktunya sehari-hari dihabiskan di tambak udang ini. Dia mengaku kerap melihat kapal tongkang yang diduga berisi muatan pasir laut hasil penambang melintas di lepas pantai.
Suatu waktu, kata Rasman, tongkang yang digunakan untuk membawa pasir itu sempat terdampar ke bibir pantai wilayah Desa Domas.
“Ini tetep aja sudah dilarang (ditolak warga), masih saja penambang pasir. Dulu pernah tongkangnya ke darat, keseret arus. Itu mau angkut pasir,” tutur dia.
Warga di sana lebih mengenal tambak bandeng dengan sebutan empang. Bahasa sehari-hari yang mereka gunakan adalah Jawa Serang.
Logat yang keluar dari mulut warga Desa Domas serta pesisir Kabupaten Serang ini hampir mirip dengan Cirebon dan sekitarnya.
Hal yang tak berbeda jauh diutarakan Kholid (39), warga yang ingin melihat tambak garapannya. Dia mengatakan, sudah dua tahun bekerja di tambak milik bosnya itu. Tambak bandeng yang dirinya garap seluas enam hektare dan dekat dengan bibir pantai.
Salah seorang penambak Desa Domas, Serang, Banten. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
|
Menurut Kholid, abrasi di wilayah tambak Desa Domas semakin parah setelah adanya kegiatan penambangan pasir, yang diperuntukan untuk reklamasi di Teluk Jakarta.
“Wong sebelum ada penambangan pasir aman-aman saja, abrasinya masih normal,” tuturnya.
Kholid mengatakan dirinya juga kerap melihat kapal-kapal berukuran besar di lepas pantai. Namun, beberapa bulan belakangan dirinya memang belum melihat lagi kapal-kapal besar itu beralu-lalang di sekitaran perairan Pontang.
“Kalau untuk tongkang sering si enggak, tapi kami lihat. Tapi untuk sekarang ini belum lihat. Paling habis lebaran ada lagi,” kata dia.
Tim CNNIndonesia.com sendiri menelusuri sampai pada bibir pantai, yang sebelumnya, menurut warga merupakan deretan tambak yang habis akibat abrasi. Tampak, sudah tambak-tambak itu sudah tak berbentuk dan menyatu dengan lautan.
Bambu-bambu yang menjadi pembatas antar tambak hanya terlihat sebagian saja. Sejauh mata memandang sudah tak ada lagi kolam-kolam bandeng, yang dulunya merupakan milik warga setempat.
Hilangnya tambak-tambak ini masih bisa diketahui dari kepemilikan sertifikat yang masih dimiliki oleh warga.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Banten, Husni Hasan menampik bila abrasi yang terjadi di sepanjang pantai Desa Domas hingga Lontar semakin parah karena ada kegiatan penambang pasir di lepas pantainya.
Menurut dia, bila memang ada pengaruh yang besar dari aktivitas penambangan pasir terhadap abrasi pantai, harus ada data yang valid. Sehingga, tambahnya, abrasi yang terjadi bukan sekedar kata warga yang mengandalkan kebatinan semata.
Warga Desa Domas menyatakan pengerukan pasir menjadikan tambak warga pun menghilang. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
|
Pemanasan Global
Husni menuturkan, salah satu hal yang bisa memicu terjadinya abrasi adalah pemanasan global, yang membuat terjadi perubahan iklim. Fenomena tersebut lah yang juga dapat mendorong terjadinya peninggian muka air, sehingga berpengaruh terhadap pesisir pantai.
“Artinya apa, artinya ada indikasi muka air itu meningkat, di tambah lagi kerusakan hutan mangrove kita lumayan, setiap tahun meningkat. Jadi bukan kata nelayan, kata si itu , si anu, harus ada kajian,” kata Husni saat ditemui di kantornya, Kamis (15/6).
Husni mengaku pihaknya belum melakukan kajian mengenai dampak dari penambangan pasir, yang juga dipasok untuk reklamasi di Teluk Jakarta itu, terhadap abrasi pantai di wilayah pesisir utara Serang.
Dia justru menyebut, di lihat secara kasat mata, lokasi penambangan pasir ini sangat jauh dari pesisir pantai. Keyakinan dirinya itu pun diperkuat lantaran pihaknya belum pernah menerima laporan dari warga mengenai abrasi.
“Sekarang kita lihat, kasat mata saja deh, itu berapa mil laut dan letaknya di mana. Abrasinya tuh di mana. Abrasinya di mana, pantai mana. Kalau di sana titiknya ada pengerukan, pengaruh abrasi itu ada di mana?" katanya. </span> (asa/asa)
Baca Kelanjutan Tambak Bandeng Terakhir di Pesisir Utara Serang : http://ift.tt/2uBRuQ5Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tambak Bandeng Terakhir di Pesisir Utara Serang"
Post a Comment