Ia bahkan menyebut, mereka yang panas atau tersinggung pada pemutaran film itu bisa jadi karena terlibat.
"Yang merasa kepanasan itu siapa. Kalau yang merasa kepanasan, orang yang mungkin tersinggung, terlibat di dalamnya. Tidak (memanaskan suasana), memperjelas malah," kata Wuryanto saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (18/9).
"Yang menganggap itu sebagai tidak benar, itu pasti ada kepentingannya, itu pasti, kami semuanya berdasarkan fakta kok," ujar Wuryanto.
Wuryanto menyampaikan awalnya pemutaran ulang film tersebut hanya akan dilakukan untuk para prajurit TNI saja. Namu ternyata masyarakat juga menghendaki untuk bisa ikut menyaksikan pemutaran ulang film yang diproduksi pada 1984 silam.
"Tokoh-tokoh masyarakat, alim ulama, tokoh agama menginginkan nonton film itu juga, makanya kami sampaikan ke prajurit, silahkan untuk masyarakat yang mau nonton untuk bergabung," tutur Wuryanto.
Momen bersejarah ini, menurut Wuryanto juga masih dimanfaatkan kelompok-kelompok tertentu yang berupaya memaksa pemerintah untuk mencabut TAP MPRS Nomor XXV/1966.
"Kelompok-kelompok itu, apakah simpatisannya, apakah yang terlibat langsung, dan lain-lain, untuk bersuara keras dengan memaksa pemerintah untuk meminta maaf, memaksa pemerintah untuk mencabut TAP MPRS nomor 25, untuk memutarbalikkan fakta," kata Wuryanto.
Film ini sendiri menggambarkan masa menjelang kudeta dalam gerakan 30 September 1965. Aksi kudeta itu sendiri disebut berhasil digagalkan, dan Hari Kesaktian Pancasila pun dirayakan untuk mengenang peristiwa tersebut setiap 1 Oktober 2017. </span> (kid)
Baca Kelanjutan TNI Sebut Pemutaran Film G30S/PKI Tak Panaskan Situasi : http://ift.tt/2wnVIveBagikan Berita Ini
0 Response to "TNI Sebut Pemutaran Film G30S/PKI Tak Panaskan Situasi"
Post a Comment