"Memang sudah seharusnya demikian," ujar Fadli di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (6/10).
Fadli menuturkan, TNI tidak bisa dijadikan alat untuk berpolitik oleh siapapun. Sebagai alat pertahanan negara, TNI harus fokus menjalankan tugasnya menjaga kedaulatan negara.
"Politik dari TNI adalah politik negara dan tidak boleh sebagai alat negara untuk kepentingan politik," ujarnya.
Jokowi dan Gatot saling menyinggung soal kesetiaan dan politik TNI ketika keduanya berpidato dalam puncak peringatan HUT TNI ke-72 di Dermaga Indah Kiat, Cilegon, Banten, 5 Oktober.
[Gambas:Video CNN]
Jokowi yang saat itu bertindak sebagai inspektur upacara, dalam pidatonya mengingatkan TNI tidak terlibat dalam politik praktis.
TNI harus menerapkan politik berdasarkan kepentingan negara yang berarti menempatkan loyalitasnya hanya kepada rakyat, NKRI, dan pemerintahan yang sah.
"Bahwa politik tentara adalah politik negara, politik TNI adalah politik negara dan loyalitas tentara adalah hanya loyalitas untuk kepentingan bangsa dan negara," kata Jokowi.
"Politik dan loyalitas itu berarti kesetiaan menjaga kepentingan rakyat, kesetiaan menjaga keutuhan dan kesatuan wilayah NKRI, kesetiaan pada pemerintah yang sah."
Gatot mengklaim, TNI menjunjung tinggi sumpah prajurit dan setia kepada NKRI yang berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila.
"Pada saat yang sama saya menegaskan pula bahwa politik TNI adalah politik negara. Politik yang diabdikan bagi tegak kokohnya negara kesatuan Republik Indonesia, yang di dalamnya terangkum ketaatan pada hukum, sikap yang selalu menempatkan kepentingan rakyat di atas kepentingan manapun," kata Gatot.
Acara di Cilegon, Banten itu, diwarnai oleh insiden kemacetan yang membuat Jokowi terpaksa harus jalan kaki sejauh 2 kilometer untuk mencapai lokasi.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Fadli Zon Nilai Pidato Jokowi di HUT TNI Biasa Saja"
Post a Comment