"Konsumsi yang menjadi andalan adalah isu SARA. Itu yang menjadi andalan. Itu artinya pemahaman masyarakat kita yang masih amat mudah terprovokasi," ujar Surya saat peringatan Hari Pendidikan Nasional sekaligus syukuran HUT ke-1 Akademi Bela Negara (ABN) di Pancoran Timur Jakarta Selatan, Rabu.
Oleh karena itu ia mengimbau seluruh elemen masyarakat untuk dapat menonjolkan kebersamaan ketimbang perbedaan. Semua demi terciptanya masyarakat yang berbeda-beda tetapi tetap menjunjung kebersamaan.
"Seharusnya kita mampu membangun pemahaman masyarakat. Perbedaan bisa diwujudkan untuk mencoba merangkul, merangkum dari perbedaan menuju kebersamaan," kata Surya.
Ia juga mengingatkan bangsa Indonesia saat ini menghadapi masalah jika perbedaan yang terus menerus ditonjolkan.
"Tidak ada artinya model demokrasi, kalau kita hanya berhenti untuk perbedaan di atas perbedaan. Kalau itu yang menjadi pemahaman, cepat atau lambat kita akan mendapatkan hasil yang mudaratnya lebih banyak dari manfaatnya," katanya.
Dalam kesempatan tersebut Surya Paloh bahkan menyindir maraknya hastag kaus #2019gantiPresiden yang belakangan ini muncul. Bahkan, akibat hastag tersebut sudah muncul gesekan saat pelaksanaan hari bebas kendaraan bermotor (car free day) beberapa hari lalu.
"Hari ini sudah bergeser terlalu jauh, kita mudah terprovokasi. Hastag kaus ganti presiden diganti lagi dengan hastag lain. Ini tidak bisa kita artikan dialegtika semata. Semakin terbuang banyak energi kita untuk hal-hal seperti ini," tuturnya.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2018
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Paloh: SARA masih menjadi komoditas utama kelompok tertentu di pilpres"
Post a Comment