Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,07 persen menjadi 96,9680 pada pukul 20.00 GMT (pukul 15.00 waktu setempat).
Imbal hasil obligasi dua tahun dan imbal hasil obligasi tiga tahun melampaui imbal hasil obligasi lima tahun untuk hari kedua berturut-turut pada Selasa (4/12), menurut data Reuters, menciptakan inversi spread imbal hasil, yang biasanya dipandang sebagai pendahulu dari kemerosotan ekonomi.
Selama lima dekade terakhir, inversi spread imbal hasil antara surat utang dua tahun dan 10 tahun, muncul menjelang setiap resesi di Amerika Serikat.
Para analis memperingatkan bahwa inversi terbaru antara obligasi jangka pendek dan obligasi jangka panjang mengisyaratkan ekspektasi pasar bahwa pertumbuhan ekonomi AS akan melambat.
Aksi jual besar-besaran baru-baru ini di pasar saham telah mendorong beberapa investor untuk beralih ke obligasi pemerintah AS yang relatif kurang berisiko dan juga meningkatnya permintaan untuk greenback sebagai mata uang safe-haven karena likuiditasnya yang tinggi.
Namun, para analis mengatakan karena pedagang-pedagang semakin khawatir tentang melambatnya pertumbuhan AS, imbal hasil obligasi pemerintah yang bertenor lebih lama menjadi sangat terbebani.
Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,1341 dolar AS dari 1,1342 dolar AS di sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,2717 dolar AS dari 1,2726 dolar AS di sesi sebelumnya. Dolar Australia turun menjadi 0,7337 dolar AS dari 0,7348 dolar AS.
Dolar AS dibeli 112,81 yen Jepang, lebih rendah dari 113,68 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9974 franc Swiss dari 0,9988 franc Swiss, dan naik menjadi 1,3247 dolar Kanada dari 1,3210 dolar Kanada. Demikian laporan yang dikutip dari Xinhua.
Baca juga: Analis: Rupiah berpeluang kuat kembali
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2018
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dolar melemah dipicu kekhawatiran perlambatan ekonomi AS"
Post a Comment