Search

Rohis, OSIS dan Isu Radikalisme

Jakarta, CNN Indonesia -- Isu intoleransi dan radikalisme lewat kegiatan keagamaan di sekolah kini menjadi perbincangan yang hangat. Bahkan Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin bahkan sempat menyatakan agar kegiatan Rohis (rohani islam) di sekolah perlu mendapat pengawasan.

Waridin, Wakil Kepala Sekolah bidang Humas SMA Negeri 8 Jakarta, mengatakan seluruh kegiatan ekstrakurikuler termasuk kegiatan keagamaan selalu mendapat pengawasan dan pembinaan dari pihak sekolah.

Mekanisme kegiatan Rohis di SMA Negeri 8 Jakarta juga tak sembarangan. Seluruh program kerja yang akan dilakukan oleh Rohis harus mendapat persetujuan terlebih dulu dari pihak sekolah.

"Yang jelas kami ada guru pembinanya. Mekanisme juga enggak asal, program kerja yang akan dijalankan itu harus mendapat persetujuan dalam rapat pleno, sehingga kegiatan tidak liar," kata Waridin kepada CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.


Tak hanya kegiatan, materi yang akan disampaikan dalam kegiatan Rohis pun juga mendapat pengawasan dari pihak sekolah. Termasuk materi ceramah yang disampaikan dalam kegiatan salat Jumat di sekolah. Contohnya, untuk khotib salat Jumat di SMA Negeri 8 Jakarta, Waridin mengatakan bisa dari pihak luar ataupun dari pihak sekolah.
Menteri Agama Lukman Hakim sempat menyatakan kegiatan Rohani Islam di sekolah perlu mendapat pengawasan guna mencegah paham intoleransi dan radikalisasi.Ilustrasi: Menteri Agama Lukman Hakim sempat menyatakan kegiatan Rohani Islam di sekolah perlu mendapat pengawasan guna mencegah paham intoleransi dan radikalisasi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Mencegah Paham Intoleransi

Namun, pada saat masa Pilkada DKI Jakarta lalu, pihak sekolah memutuskan agar selama masa Pilkada khotib salat Jumat berasal dari pihak sekolah saja.

"Pilkada panas sekali kan, Pilkada kemarin sempat ada khotib yang terlalu mengebu-gebu, makanya selama Pilkada sepakat (khotib) dari internal saja," ucap Waridin.

Isu intoleransi dan radikalisme, lanjut Waridin memang perlu menjadi perhatian, tetapi menurutnya tak perlu disikapi secara berlebihan.

Ketua OSIS SMA Negeri 8 Jakarta, Deyis mengatakan sikap toleransi antar siswa SMA Negeri 8 Jakarta memang sudah terbangun dengan baik. Hal itu, kata Deyis, tidak lepas dari peran pihak sekolah yang selalu mengajarkan sikap toleran antar siswa.


Menurut Deyis sikap toleransi bisa dilihat juga dari kepengurusan OSIS di SMA Negeri 8 Jakarta yang terdiri dari berbagai agama yang ada di sekolah.

"Kalau di SMA 8 sudah enggak memandang masalah perbedaan, misalnya masalah perbedaan agama. Di OSIS pun pengurusnya dari berbagai macam agama, dan enggak ada masalah," kata Deyis.

Ilustrasi: Selama masa Pilkada DKI Jakarta yang panas, sejumlah sekolah mengawasi pemilihan khatib salat Jumat.Ilustrasi: Selama masa Pilkada DKI Jakarta yang panas, sejumlah sekolah mengawasi pemilihan khatib. (ANTARA FOTO/Umarul Faruq)

Pengawasan pihak sekolah terhadap kegiatan rohis juga dilakukan oleh pihak SMA Negeri 3 Bandung.

Guru pembina rohis SMA Negeri 3 Bandung, Dadar Suhaedar mengatakan kegiatan rohis di SMA Negeri 3 Bandung harus selalu diketahui oleh pihak sekolah.

"Kegiatan rohis selalu sepengetahuan kami (sekolah), di samping harus diketahui oleh sekolah, kami juga selalu ikut mendampingi kegiatan tersebut, termasuk kegiatan di luar sekolah juga kami dampingi, karena ada pernyataan izin dari orang tua siswa," kata Dadang.

Pengawasan itu, lanjut Dadang memang merupakan upaya yang dialkukan oleh pihak SMA Negeri 3 Bandung untuk mencegah masuknya paham-paham intoleransi maupun radikalisme kepada siswa.


"Paham-paham itu juga yang kami khawatirkan, pendamping takut ada sempalan-sempalan itu masuk, makanya tidak ada salahnya juga kami jaga kami monitoring," ungkapnya.

Naufal, pengurus Rohis SMA 3 Bandung mengatakan sekolah memang dekat dengan Rohis, sehingga seluruh kegiatan Rohis, termasuk pembicara dan materi yang disampaikan diketahui oleh pihak sekolah.

Naufal dengan tegas menyatakan rohis di SMA 3 Bandung tidak pernah mengajarkan soal intoleransi dan paham radikalisme kepada siswa yang tergabung dalam rohis.

"Untuk penyebaran radikalisme itu jujur kami di sini tidak menyebarkan," ujar Naufal.


"Radikalisme itu ajaran dari orang-orang yang salah pemikirannya dan itu harus ditekankan di sini bahwa di sini di Bandung mungkin ada, tapi itu kelompok-kelompok tersembunyi yang salah banget dan hanya menyebarkan untuk keuntungan mereka sendiri," tambahnya.

SMA Negeri 6 Bandung pun tak ketinggalan untuk selalu mengawasi kegiatan rohis yang ada di sekolahnya.

Ilustrasi: Sejumlah sekolah melakukan monitoring guna mengawasi masuknya paham intoleransi dan radikalisasi ke murid-murid.Ilustrasi: Sejumlah sekolah sudah melakukan monitoring guna mengawasi masuknya paham intoleransi dan radikalisasi ke murid-murid. (ANTARA FOTO/Sahrul Manda Tikupadang/)

Mencari Jati Diri

Frinnia, Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan mengatakan pihak sekolah memang selalu melakukan pengawasan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh para siswa, termasuk kegiatan keagamaannya.

"Jelas memang harus diawasi, anak-anak SMA kan sedang mencari jati diri, mencari ajang yang mencari yang menurut dia asyik, kalau tidak ada pengawasan kan bisa ke mana-mana," ujar Frinnia

Kasus yang sempat menimpa salah seorang siswa SMA Negeri 6 Bandung yang mengaku tergabung dalam HTI pun langsung segera diselesaikan oleh pihak sekolah.

Sekolah, lanjutnya, langsung meminta penjelasan dari siswa tersebut dan kemudian dilakukan pembinaan.


Frinnia menyebut persoalan intoleransi dan radikalisme di sekolah memang harus menjadi perhatian pihak sekolah.

"Sekolah kan lembaga pendidikan ya, jadi visi misi pendidik itu harus kita terapkan dalam seluruh kegiatan di sekolah. Kalau pendidikan itu berjalan dengan baik, maka intoleransi dan radikalisme itu diharapkan tidak ada," tuturnya.

Guru pembina Rohis SMA Negeri 6 Bandung Rukhiyat menyebut kegiatan rohis yang ada di SMA 6 Bandung sebenarnya lebih berfungsi sebagai wadah bagi para siswa untuk bisa mengembangkan bakat dan kreativitas. Di antaranya, kepemimpinan dan organisasi.

"Pemahaman tentang Islam yang diajarkan tidak jauh dari Al Quran dan akhlakul karimah, isinya condong pada perilaku dan akhlak sebagaimana visi misi SMA 6, pendidikan mengarahkan untuk menjadi siswa yang baik dan taat," kata Rukhiyat.


Sebagai kegiatan yang dilakukan di dalam lingkungan sekolah, Rukhiyat menyebut pihak SMA 6 Bandung selalu melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang dilakukan oleh rohis.

"Pengawasan bukan hanya dari pembina, tapi lingkup sekolah mulai dari kepala sekolah, kesiswaan, bidang kurikulum, wali kelas, orang tua siswa juga tahu kegiatan-kegiatannya. Jadi tidak berjalan sendiri, ini tanggung jawab bersama," ungkapnya.

(asa)

Let's block ads! (Why?)

Baca Kelanjutan Rohis, OSIS dan Isu Radikalisme : http://ift.tt/2tqzfZ3

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Rohis, OSIS dan Isu Radikalisme"

Post a Comment

Powered by Blogger.