Salah satunya dengan mengarahkan para pengelola gedung yang berada di pinggir jalan untuk membangun active frontage atau 'etalase' tembus pandang pada muka bangunannya. Atau, minimal 20 persen muka bangunan berupa jendela.
"Bandingkan orang yang berjalan di trotoar dengan di mal. Kalau dihitung, orang-orang bisa jalan lebih dari 10 ribu langkah, atau minimal 4 km saat keliling mal. Kenapa? Karena ada sesuatu yang menyenangkan untuk dilihat. Jadi, fungsinya active frontage ini seperti itu. Untuk mendistraksi orang, biar tidak hanya fokus pada jalannya, tapi juga pada aktivitas yang ada di dalam bangunan," kata Deliani, kepada CNNIndonesia.com, saat ditemua di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, Selasa (15/8).
"Misal, ada jambret. Orang (pelaku) bakal merasa takut untuk melakukan penjambretan saat dilihat oleh lebih banyak mata. Maka, active frontage juga berfungsi sebagai 'pengamanan' terhadap para pejalan kaki. Karena orang di dalam bangunan mampu melihat kondisi jalan dengan jelas," ujarnya.
Perihal lain yang menurut Deliani juga perlu diperhatikan adalah ketersediaan akses untuk melewati badan bangunan tertentu, untuk mempersingkat waktu tempuh saat berjalan kaki. Terutama saat posisi bangunan tersebut berada di antara dua sisi jalan yang aktifitas pejalan kakinya cukup tinggi.
"Sudah jadi sifat alami manusia seperti itu. Daripada memutar sisi gedung, para pedestrian pasti akan senang kalau bisa mengambil jalan pintas untuk menembus gedung. Hal seperti ini harus mulai dipikirkan. Pengelola bangunan mungkin bisa memberi akses pintu kecil yang memang terbuka untuk umum, minimal 15 jam sehari," ujar Deliani.
"Kami (ITDP) sudah beberapa kali mengajukan desain tentang satu kawasan pedestrian yang ditambahkan kios temporary (sementara). Biar bisa dibuka pasang. Dengan jaminan bahwa pada pedagang akan bertanggung jawab menjaga lokasi tersebut untuk tetap bersih," katanya.
Masalahnya, lebar sebagian besar trotoar di Jakarta, kata Deliani, belum memadai untuk hal tersebut. Belum lagi, masih banyak pedagang yang membandel dengan kemudian membangun kios permanen di atas trotoar. Sehingga menurut dia, perlu pendekatan tertentu untuk bisa mewujudkan, tidak hanya ruang publik, namun juga ruang ekonomi di atas trotoar. </span> (djm/djm)
Baca Kelanjutan 'Dongkrak Pejalan Kaki dengan Etalase Transparan di Trotoar' : http://ift.tt/2vGjKy9Bagikan Berita Ini
0 Response to "'Dongkrak Pejalan Kaki dengan Etalase Transparan di Trotoar'"
Post a Comment