Search

Kemarau dan Momok Meluasnya Kebakaran Hutan dan Lahan

Ketika musim kemarau tiba, salah satu yang menjadi momok bagi wilayah Indonesia adalah ancaman kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

Di Kalimantan Barat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) provinsi tersebut telah mencatat ada sekitar 1,6 juta hektare lahan gambut di wilayahnya yang rawan terbakau pada musim kemaru.

"Lahan gambut seluas 1,6 juta hektare tersebut, tersebar di 174 desa yang ada di 14 kabupaten/kota di Kalbar," kata Kepala BPBD Kalbar TTA Nyarong di Pontianak, Rabu (9/8) seperti dikutip dari Antara.

Terkait risiko ancaman karhutla tersebut, pihaknya mendorong selain satuan tugas (satgas) operasi udara, patroli petugas pemadam darat, semua pihak juga harus meningkatkan kesiagaan guna mencegah dan menanggulangi musibah tahunan tersebut.

Sementara itu, Gubernur Kalbar Cornelis menyatakan telah memerintahkan setiap perusahaan perkebunan di wilayahnya tidak membuka lahan dengan cara membakar. Jika ada yang melanggar, kata Cornelis, adalah pencabutan izin usaha.

Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkirakan potensi kebakaran hutan dan lahan di wilayah Kalimantan dan Sumatera terus meningkat terkait dengan puncak kemarau yang diprediksi terjadi pada September.

"Potensi kebakaran hutan dan lahan akan terus meningkat. Puncak kemarau diprediksi pada September mendatang sehingga potensi kebakaran hutan dan lahan juga makin meningkat," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Minggu (6/8).

Hingga saat ini lima provinsi telah menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan, yaitu Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, termasuk Kalimantan Barat.

Ancaman Bukan di Wilayah Langganan Kebakaran

Di sela Rapat Kerja Nasional Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri LHK Siti Nurbaya mengatakan berdasarkan pantauan pihaknya kebakaran kini tak hanya terjadi di daerah langganan kebakaran. Karhutla, kata dia, sudah masuk ke wilayah baru seperti Aceh, Nusa Tenggara Timur, bahkan Papua.

"Buat saya ini mengkhawatirkan karena daerah ini belum seperti daerah lain yang ada sistem satuan tugasnya," ujar Siti pada 2 Agustus lalu.

Musim Kemarau dan Momok Karhutla yang Menyebar di IndonesiaMenteri LHK Siti Nurbaya (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Dorongan kewaspadaan pun disampaikan Sutopo. Dalam rilisnya awal pekan ini, Sutopo mengatakan BNPB merekam 93 titik panas di Papua.

Sutopo mengatakan sejak 2015 kebakaran hutan dan lahan juga secara luas terjadi di tanah Papua. Atas dasar itu, titik panas di daerah baru itu patut diwaspadai, dan juga tak terlepas pembukaan perkebunan yang besar-besaran.

Meski begitu, berdasarkan data terakhir KLHK yang dikutip dari Antara, total luas karhutla tak sebesar dua tahun sebelumnya.

Pelaksana Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK, Sunarno, mengatakan pada 2015, hutan yang terbakar seluas 2,61 hektare. Kemudian, pada tahun 2016 seluas 438.360 hektare, dan selama 2017 ini adalah 20.290 hektare.


Strategi Pencegahan

Pada 3 Agustus lalu, Menkopolhukam Wiranto mengimbau masyarakat mengubah tradisi pembukaan lahan dengan cara membakar. Namun untuk mempersuasi perubahan tradisi itu, kata Wiranto diperlukan suatu cara salah satunya pemberian insentif seperti pupuk cair.

"Karhutla (kebakaran hutan dan lahan) bukan hanya masalah nasional tapi juga masalah internasional. Kalau sudah terbakar dan banyak asap, semua marahnya ke Indonesia," kata Wiranto.

Pemerintah, kata Wiranto telah sepakat untuk terlibat secara aktif dalam pencegahan dan penanganan kebakaran hutan. Apalagi, lanjut Wiranto Presiden Joko Widodo memberi mandat untuk bisa menjaga kekayaan alam Indonesia sebagai paru-paru dunia.

Sementara itu, gagasan baru dilontarkan di Sumatera Selatan untuk mencegah pembakaran hutan dan lahan. Seperti dikutip dari Antara, area rawan terbakar di Kabupaten Ogan Ilir bakal diproyeksikan sebagai tempat latihan tempur TNI AD.

Komandan Distrik Militer (Dandim) 0402 Letkol Inf Seprianizar berharap warga sekitar turut menjaga hamparan luas di dekat sungai Rambutan tersebut saat dijadikan lokasi TNI berlatih.

"Fokus kami lebih kepada lahan yang belum terbakar. Kami rasa dengan dijadikan tempat latihan tempur maka membuat masyarakat sekitar akan berhati-hati. Setidaknya tidak sembarang orang yang bisa masuk ke kawasan tersebut," kata Dandim yang mengawasi Kabupaten Ogan Ilir dan Kabupaten Ogan Komering Ilir tersebut pada Selasa (8/8).

Pada akhir pekan lalu (Sabtu, 5/8) dan awal pekan ini (Senin 7/8) telah terjadi karhutla hingga 200 hektare di Ogan Ilir. BMKG Sumsel sendiri telah menetapkan Ogan Ilir sebagai zona merah yaitu mudah terbakar karena itu merupakan kawasan lahan gambut. </span> (Antara)

Let's block ads! (Why?)

Baca Kelanjutan Kemarau dan Momok Meluasnya Kebakaran Hutan dan Lahan : http://ift.tt/2vkLb08

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Kemarau dan Momok Meluasnya Kebakaran Hutan dan Lahan"

Post a Comment

Powered by Blogger.