Kejadian pilu ini diceritakan pemilik akun Facebook Birgaldo Sinaga dalam statusnya. Birgaldo, menuturkan bahwa Debora sesak nafas dini hari. Kedua orang tuanya Henny Silalahi dan Rudianto ke Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres, Jakarta Barat.
Birgaldo mengaku mendapat cerita langsung dari Henny setelah sebelumnya menghubunginya lewat pesan Facebook.
Dari penuturan Henny kepada Birgaldo, sebelum sesak nafas malam itu, Debora batuk berdahak. RS Mitra Keluarga dipilih karena paling dekat dengan tempat tinggal Debora.
Sekitar 30 menit kemudian, dokter memanggil kedua Rudianto dan Henny. “Hasil diagnosa, dokter mengatakan si bayi Debora harus segera dibawa ke ruang PICU (Pediatric Intensive Care Unit), kondisinya memburuk,” tulis Birgaldo.
Debora harus segera dimasukan ke ruang khusus perawatan intensif untuk bayi itu guna mendapat pertolongan maksimal. Demi keselamatan si buah hati, Rudianto dan Henny setuju. Namun untuk bisa masuk ke ruang tersebut, kata Birgaldo, uang muka Rp19,8 juta harus disediakan.
Kartu BPJS Kesehatan yang dimiliki tak bisa digunakan karena rumah sakit swasta itu tak punya kerja sama.
Orang tua Debora bingung lantaran saat itu mereka sama sekali tak membawa uang. Rudianto segera ke ATM untuk mengais sisa-sisa tabungannya. Uang Rp5 juta ia kantongi. Namun rumah sakit tetap tak mengizinkan Debora dibawa ke ruang khusus PICU karena uang ayahnya masih jauh dari kata cukup.
Orang tua Debora kemudian berusaha mencari rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS agar anaknya bisa dirawat ke ruang PICU. Namun ruangan yang dinilai bisa menyelematkan nyawa anaknya itu tak kunjung didapatkan. Sekitar 6 jam di IGD, Debora tak bisa diselamatnya. Ia dinyatakan meninggal sekitar pukul 10.00 WIB.
Terkait dugaan lambannya pelayanan kesehatan karena biaya ini, RS Mitra Keluarga Kalideres sudah angkat suara. Dalam keterangan laman resmi, rumah sakit menyatakan, Debora masuk ke rumah sakit dalam kondisi tak sadar dan tubuh membiru. “Pasien dengan riwayat lahir prematur, riwayat penyakit jantung bawaan dan keadaan gizi kurang baik”.
Penanganan segera dilakukan diantaranya dengan penyedotan lendir, pemompaan oksigen, infus, suntikan dan pengencer dahak. Seteah ditangani, kondisi Debora saat itu membaik meski masih sangat kritis.
Rumah sakit kemudian menganjurkan agar Debora dibawa ke ruang khusus berikut biaya yang harus dikeluarkan.
“Ibu pasien mengurus ke bagian administrasi, dijelaskan oleh petugas tentang biaya rawat inap dan ruang khusus ICU, tetapi ibu pasien menyatakan keberatan mengingat kondisi keuangan," demikian tertulis di keterangan resmi rumah sakit.
Rumah sakit kemudian membantu mencari rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS agar Debora bisa dipindahkan dan dirawat ke ruang khusus.
Sekitar pukul 09.15 WIB, rumah sakit mendapat konfirmasi bawah ada rumah sakit bekerja sama dengan BPJS dan punya ruang khusus untuk perawatan intensif anak. Koordinasi antardokter segera dilakukan untuk mengetahui kondisi bayi Debora. Namun saat koordinasi dilakukan, perawat memberitahukan bahwa kondisi Debora memburuk.
Dokter segera bertindak. “Setelah melakukan resusitasi jantung paru selama 20 menit, segala upaya yang dilakukan tidak dapat menyelamatkan nyawa pasien".
(sur)
Baca Kelanjutan Bayi Debora dan Kisah Pilu Layanan Kesehatan : http://ift.tt/2vX84dHBagikan Berita Ini
0 Response to "Bayi Debora dan Kisah Pilu Layanan Kesehatan"
Post a Comment